Page 477 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 477

han, dan meninggalkannya, sementara Sang Pangeran terus mencoba
              merusak selangkangan Si Cantik, membuatnya berdarah, namun juga
              membuatnya berteriak dalam kebahagiaan yang begitu indah.
                 Kemudian Si Cantik selalu menunggu Pangerannya di beranda,
              meskipun Sang Pangeran selalu masuk melalui jendela, sebab ia ingin
              melihat kemunculannya, didorong rasa rindu yang tak tertahankan.
              Mereka bercinta setiap kali bertemu, kadang-kadang sampai dua kali,
              dan merasa sebagai pasangan paling bahagia di dunia. Si Cantik tak
              perlu merasa heran mengapa Rosinah tak pernah bisa melihat Sang
              Pangeran. Begitu pula ketika Dewi Ayu akhirnya bangkit dari kuburan
              dan kembali ke rumah tersebut, dan suatu kali ia membongkar paksa
              pintu, ia tak melihat Pangerannya. Keajaiban telah menjadi makanan
              sehari-hari, dan ia tak perlu merasa heran, sebab Rosinah pun tak per-
              nah melihat si lelaki tua malaikatnya, meskipun ia melihatnya.
                 Kemudian Si Cantik bunting.
                 Bahkan ketika sudah mengetahui bahwa ia hamil, ia masih menung-
              gu Sang Pangeran untuk bercinta, dan mereka bercinta. Ia tak pernah
              memberitahu Sang Pangeran soal kehamilan, sebab ia takut itu meng-
              ubah semua kebahagiaan mereka.
                 Hingga suatu malam, tak lama setelah Dewi Ayu kembali menghilang
              ke dunia orang-orang mati, dan Si Cantik tengah berbaring telanjang
              dengan Sang Pangeran di atas tempat tidur, melepas lelah setelah
              bercinta, seorang lelaki mendobrak pintu kamar dengan senapan angin
              di tangan. Kedatangannya sangat mengejutkan. Ia seorang lelaki dengan
              perawakan agak pendek, gemuk, dan tampak memiliki roman sedih.
              Lelaki itu sedikit bergidik dalam teror ketakutan ketika ia melihat wajah
              Si Cantik, namun pandangannya segera beralih pada Sang Pangeran
              dengan penuh kemarahan.
                 ”Kau,” katanya, ”pembunuh Rengganis Si Cantik, aku datang untuk
              membalaskan kematiannya.”
                 Sang Pangeran belum sempat menyelamatkan diri ketika senapan
              angin itu meletus dan pelurunya tepat bersarang di dahi. Ia terkapar di
              tempat tidur, sekarat. Si lelaki bersenapan memompa angin lagi, meng isi
              peluru lagi, dan menembak Sang Pangeran lagi. Ia menembak sebanyak
              lima kali dengan penuh dendam, sementara Si Cantik berteriak-teriak.

                                         * * *

                                           470





        Cantik.indd   470                                                  1/19/12   2:33 PM
   472   473   474   475   476   477   478   479   480   481   482