Page 58 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 58

Lalu Dewi Ayu memasukkan ujung jari tengah tangan kanan ke da-
                 lam lubang kemaluannya, jauh masuk ke dalam, tepat di depan hidung
                 Ma Gedik. Gadis itu meringis sedikit kesakitan, setiap kali jari nya berge-
                 rak di selangkangan, hingga ia mengeluarkan dan mem perlihatkannya
                 pada Ma Gedik. Setetes darah mengucur di ujung jari, dioleskannya
                 memanjang dari ujung dahi sampai ujung dagu Ma Gedik, membuat
                 lelaki itu bergetar karena kengerian yang tanpa ampun.
                    ”Kau benar,” kata Dewi Ayu. ”Sekarang aku tak lagi pe rawan.”
                    Ia pergi meninggalkan lelaki itu untuk mandi dan selepas itu tidur
                 di ranjang pengantinnya, seolah tak peduli pada seorang lelaki tua yang
                 tetap menggigil ketakutan di pojok ruangan. Tak tidur selama sehari
                 se malam, sungguh-sungguh membuat tidurnya sangat lelap, meskipun
                 beberapa jongos mencoba membangunkannya untuk makan siang. Ia
                 terbangun di sore hari dan langsung pergi ke ruang makan, masih tak
                 menghiraukan Ma Gedik. Makannya sangat lahap, dan tanpa diselingi
                 bicara apa pun, meskipun beberapa jongos me nunggu perintahnya.
                 Ketika ia kembali ke kamar, baru ia me nyadari lelaki itu tak ada di tem-
                 patnya semula. Ia mencoba mencarinya ke kamar mandi, ke halaman
                 dan ke dapur, tapi ia tak juga me nemukan. Dewi Ayu akhirnya bertanya
                 pada salah satu dari jawara yang berjaga di depan rumah.
                    ”Ia kabur sambil menjerit-jerit bagai lihat setan, Nyonya.”
                    ”Tidak kalian tangkap?”
                    ”Larinya begitu kencang, seperti Ma Iyang enam belas ta hun lalu,”
                 jawab sang jawara. ”Tapi Mr. Willie mengejarnya dengan mobil.”
                    ”Tertangkap?”
                    ”Tidak.”
                    Ia berlari ke istal, dan bersama dua jawara lain, mereka ikut menge-
                 jar dengan kuda. Dewi Ayu menebak, meskipun se dikit meleset, bahwa
                 lelaki itu lari menuju tempat Ma Iyang terjun dari puncak bukit cadas
                 dan hilang di dalam kabut. Ma Gedik ternyata tak lari ke bukit terse-
                 but, namun ke bukit lain yang terletak di sebelah timurnya. Mereka
                 menemukan jejak mobil Collibri setelah bertanya pada beberapa orang
                 di pinggir jalan, dan menuntun mereka ke kaki bukit tersebut. Dewi
                 Ayu menghampiri Mr. Willie yang duduk di belakang kemudi mobil, ia
                 tampaknya tak bisa membawa kendaraan tersebut lebih naik.

                                              51





        Cantik.indd   51                                                   1/19/12   2:33 PM
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63