Page 62 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 62

Mr. Willie, yang akan menjadi montir se kaligus sopir, terutama karena
                 ia butuh seorang ahli mesin untuk be berapa peralatan perkebunan.
                 Ia seorang lelaki berperawakan sedang, berumur sekitar tiga puluhan,
                 pakaiannya nyaris selalu penuh minyak gemuk dan mengenakan rompi
                 yang tak pernah dikancingkan. Di waktu-waktu terakhir ia juga sering
                 menenteng senapan untuk menembak tikus dan terutama babi. Waktu
                 itu Dewi Ayu masih se orang gadis sebelas tahun, lima tahun sebelum
                 ia dilamar Mr. Willie.
                    ”Pikirkanlah, Mister,” katanya. ”Aku ini perempuan yang sedikit
                 gila.”
                    ”Tak ada tanda-tanda kegilaan dalam dirimu,” kata Mr. Willie.
                    ”Ketika ia mati, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku mengawininya
                 karena kemarahan pada kenyataan bahwa Ted membuat cinta mereka
                 berantakan. Aku pasti sudah gila.”
                    ”Kau hanya irasional.”
                    ”Itu artinya gila, Mister.”
                    Saat itulah penyelamatnya datang: ia bisa melarikan diri dari ke-
                 wajiban menjawab lamaran lelaki tersebut. Waktu itu hari masih pagi
                 dan piringan hitam belum menyelesaikan lagu terakhir. Ia me lihat satu
                 rombongan truk militer di jalanan yang membentang se panjang pantai,
                 ia telah menduganya, mereka akan mengangkut seluruh orang Belanda
                 yang tersisa dan membawanya ke kamp tahanan. Sehari sebelumnya
                 pra jurit-prajurit itu telah mendatangi rumah-rumah mereka dan menyu-
                 ruh berkemas. Semalaman, tanpa menceritakan apa pun kepada siapa
                 pun, terutama pada Mr. Willie, Dewi Ayu telah berkemas. Ia tak mem-
                 bawa banyak barang, hanya satu kopor berisi pakaian, selimut, matras
                 kecil, dan surat-surat ke kayaan keluarga. Ia tak memasukkan uang dan
                 perhiasan ke dalam kopor, sebab ia tahu mereka akan merampasnya. Ia
                 telah menimbun beberapa kalung dan gelang milik neneknya di lubang
                 toilet, meng gu yurnya hingga masuk ke penampungan tai. Sebagian kecil
                 ia masukkan ke dalam amplop-amplop kecil, akan ia berikan kepada
                 semua pelayan di rumah itu, agar mereka bisa hidup dan mencari pe-
                 kerjaan di tempat lain. Untuknya sendiri, ia akan menelan enam buah
                 cincin bermata giok, pirus dan berlian. Mereka aman di dalam lambung,
                 dikeluarkan bersama tai, dan ia akan menelannya kembali selama di

                                              55





        Cantik.indd   55                                                   1/19/12   2:33 PM
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67