Page 61 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 61
ewi Ayu lupa, bahwa tentara Jepang tak mungkin memenang-
D kan perang tanpa mengetahui apa pun, termasuk fakta bahwa
ia anak keluarga Belanda. Tak hanya wajah dan kulitnya menanda-
kan hal itu, tapi semua arsip penduduk kini mereka kuasai, dan me-
reka tak akan percaya begitu saja pada kebohongan bahwa ia seorang
pribumi, tak pe duli namanya Dewi Ayu.
”Yah, begitulah,” katanya. ”Seperti semua orang tahu Multatuli itu
pemabuk dan bukan orang Jawa.”
Ia tengah bernostalgia seorang diri sambil mendengarkan gramofon
yang memutar lagu-lagu favorit kakeknya, Unf nished Symphony Schu-
bert dan Scheherazade Rimsky Korsakov, sekaligus memikirkan apa yang
harus dikatakannya menjawab lamaran Mr. Willie. Ba gaimanapun, se-
telah perkawinan yang berantakan dengan Ma Gedik, tak terpikirkan
olehnya untuk kawin dengan siapa pun. Ia tahu Mr. Willie sangat baik,
dulu ia bahkan berharap lelaki itu bisa kawin de ngan bibinya, Hanneke.
Mengecewakan lelaki baik seperti itu sama sulitnya dengan kenekatan
untuk mengawininya.
Mr. Willie datang ke kota itu ketika kakeknya memesan mobil Colli-
bri milik mereka dari Toko Velodrome di Batavia, untuk meng ganti Fiat
mereka yang sudah sangat tua. Kata orang, perusahaan itu milik seorang
pengusaha bernama Brest van Kempen, seorang lelaki baik yang mem-
perbolehkan orang membeli mobil dengan dicicil. Na mun kakeknya
datang ke toko itu bukan karena pembayaran yang dicicil, tapi promosi
gratis yang dikatakan teman-temannya bahwa Velodrome menyediakan
asuransi kecelakaan dan bengkel yang baik. Mereka bahkan menyedia-
kan montir yang berpengalaman mengurusi mesin. Ia pulang dengan
54
Cantik.indd 54 1/19/12 2:33 PM