Page 59 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 59

”Ia tengah bernyanyi di puncak bukit itu,” kata Mr. Willie.
                 Dewi Ayu mendongak dan melihatnya, pada sebuah batu, se perti
              seorang artis di atas panggung. Lagunya terdengar sayup-sayup dan ia
              sama sekali tak mengetahui bahwa itulah lagu yang dinyanyikan Ma
              Gedik bertahun-tahun lalu di hari terakhir penantiannya selama enam
              belas tahun menunggu Ma Iyang.
                 ”Ia pasti melompat seperti kekasihnya,” kata Mr. Willie lagi. ”Dan
              hilang lenyap di balik kabut, terbang ke langit.”
                 ”Tidak,” kata Dewi Ayu. ”Ia akan terhempas ke bebatuan dan wajah-
              nya babak-belur seperti daging cincang.”
                 Itulah yang terjadi: Ma Gedik melompat ke udara terbuka me nuju
              lembah begitu lagu selesai dinyanyikan. Ia tampak melayang, begitu
              baha gia, hal yang tak pernah terlihat oleh siapa pun di tahun-tahun
              ter akhir hidupnya. Tangannya mencoba bergerak, mengepak seperti
              sayap-sayap burung, namun itu tak juga membuat tubuhnya ter bang
              me ninggi, sebaliknya ia terus meluncur dengan kecepatan yang semakin
              bertambah. Bahkan meskipun ia tahu akhir dari lom patannya, ia masih
              tersenyum dan berteriak penuh kegirangan. Ia terhempas di bebatuan,
              de ngan tubuh tercincang-cincang tak karuan, persis sebagaimana dira-
              malkan Dewi Ayu.
                 Mereka membawa pulang sisa-sisa tubuhnya, yang lebih me nyerupai
              adonan kaldu daripada sebongkah mayat, dan me ngu burkannya dengan
              baik-baik. Dewi Ayu memberi nama bukit itu Ma Gedik, bersanding
              dengan bukit Ma Iyang, dan memutuskan untuk berkabung selama
              se minggu. Di akhir masa berkabung ia memperoleh kabar bahwa Ted
              Stammler, gugur di dalam perang terakhir mempertahankan Batavia
              sebelum Belanda menyerah. Mayatnya tak pernah datang, tapi Dewi
              Ayu memutuskan untuk berkabung kembali selama satu minggu ke
              depan. Di akhir masa berkabungnya yang kedua, terpesona karena
              tak memperoleh kabar duka lainnya, ia melemparkan semua pakaian
              ber kabungnya dan menggantinya dengan pakaian meriah. Ia merias
              diri nya dengan baik-baik, dan pergi ke pasar seolah tak sesuatu pun
              ter jadi. Namun sepulang dari pasar, ia memperoleh hal yang jauh lebih
              mengejutkan dari kabar kematian mana pun.
                 Mr. Willie, dengan jas dan dasi dan sepatu kulit mengilap, da tang

                                           52





        Cantik.indd   52                                                   1/19/12   2:33 PM
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64