Page 207 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 207
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
seperti mengecek apakah aku mengerti apa yang ia katakan
sebab untuk memahaminya dibutuhkan pengertian tentang
sistem Katolik. Sesungguhnya samar-samar aku mengerti,
ber dasarkan pengalamanku sekolah di lembaga Katolik. Ia
tampaknya putus asa. “Hmm. Tapi aku tetap berdoa.”
aku terdiam. Sudah lama sekali aku tak bisa berdoa.
aku tak tahu apakah aku bisa berdoa ketika ibu dan ayahku
mening gal dunia. aku juga tak bisa berdoa pada saat-saat
ketakutan. aku ingat, di sebuah penerbangan dengan pesawat
Tetuko di Papua cuaca begitu buruk. Pesawat berguncang
di antara kabut dan celah-celah gunung. Kutitipkan saja
ketakutanku pada dua orang biarawati yang kulihat berdoa
dengan khusyuk. Doa mereka pasti didengar. Doaku tak akan
didengar. aku toh tak punya kepercayaan.
Malamnya, seusai bercinta, kulanjutkan pertanyaanku.
“apa kamu tidak merasa berdosa dengan perbuatan
begini?”
“Perbuatan apa?”
“Ya begini. Ini kan berzinah.”
“aku kan tidak mengkhianati dan membohongi siapapun,”
jawabnya.
“Iya. Tapi seks tanpa perkawinan kan zinah.”
“Kalau menurut Sepuluh Perintah allah memang. Tapi
emang nya itu satu-satunya hukum? Kamu sendiri tidak
merasa dosa?”
“aku kan memang tidak beragama. Kamu yang masih
ber agama.” aku sebetulnya agak sebal dengan orang yang
standar-ganda. Meskipun, reaksi orang agamis yang berzi nah
itu kadang seru dan merangsang juga. aku pernah ber cinta
dengan perempuan yang sepanjang peristiwa membacakan
201
Enrico_koreksi2.indd 201 1/24/12 3:03:57 PM