Page 230 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 230
a yu Utami
sarapan pagi. Ibu bagi a adalah makhluk yang hadir untuk
membahagiakan dirinya. Cintaku pada Ibu penuh devosi.
Cintanya pada ibunya egoistis. Di dalam dirinya, ia bukan
anak kecil yang baik, sebetulnya. Tapi ia orang dewasa yang
baik. Sedangkan aku, sebaliknya. aku ini anak kecil yang baik,
tapi mungkin bukan orang dewasa yang baik. Tapi, begitulah,
perimbangannya membuat segala jadi baik buat kami berdua.
Kami kini tinggal di sebuah rumah impian. a yang meng-
atur segala-galanya sehingga rumah itu terwujud. aku tinggal
memandori. Ia merancang sebuah kebun di tengah rumah
yang mataharinya melimpah, dengan tebing panjat buatan
setinggi sepuluh meter untuk kami bermain-main. Ia bikin
jendela di kamar tidur kami begitu tinggi dan menghadap ke
Timur, sehingga kami bisa menggolek sambil melihat bulan
atau terkena cipratan hujan. Katanya, ini diilhami pengalam an
kuajak tidur di gunung Parang pada suatu malam purnama.
Menjelang perayaan tanggal lahirku, aku telah menanak
ketan dan membeli durian. Kami sudah sepakat untuk makan
durian, dan durian lokal, hanya sekali dalam setahun. Yaitu,
pada ulang tahunku yang jatuh di musim durian. Pesta durian
ini akan berlangsung pada malam di hari Valentine 14 Fe bruari
sampai lewat jam 00:00 permulaan 15 Februari, disela tidur,
lalu dilanjutkan sampai hari ulang tahunku habis. aku suka
makan ketan dengan durian, seperti orang Sumatra, sambil
minum kopi pahit. Kucing-kucingku, seperti harimau, juga
suka makan durian. agar tidak mengganggu pesta, mereka
harus kubikin kenyang dulu.
“Tahun yang berakhir dengan angka delapan selalu isti-
mewa buatku. Setiap kalinya terjadi sesuatu yang penting
dalam hidupku dan suatu peristiwa sejarah,” kataku sambil
224
Enrico_koreksi2.indd 224 1/24/12 3:03:57 PM