Page 49 - PRODUK BUKU MAHASISWA
P. 49
itu, menurut van Leeuwen, bisa menjadi penanda yang baik
bagaimana suatu kelompok atau peristiwa direpresentasikan
dalam teks. Penghadiran kelompok atau peristiwa lain itu secara
tidak langsung ingin menunjukkan bahwa kelompok itu tidak
bagus dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini merupakan
strategi wacana bagaimana suatu kelompok/aktor sosial
disudutkan dengan menghadirkan kelompok/aktor sosial lain
yang dipandang lebih dominan (Firdhani, Indrayani, & Amalia,
2019). Pada akhirnya, yang tergambar dalam berita merupakan
perbedaan cara pandang antara kelompok/aktor satu yang
dianggap bagus dengan kelompok/aktor lain yang dipandang tidak
bagus.
Contohnya:
Diferensiasi-Indiferensiasi dalam pemberitaan peristiwa
kerusuhan di India yang diliput oleh media Kompas.com dapat
juga dilihat pada kutipan dibawah ini,
Indiferensiasi: “Minoritas agama yang dianiaya
dan berasal dari komunitas Hindu, Sikh, atau
Kristen berhak mendapatkan kewarganegaraan.”
Diferensiasi: “Minoritas agama yang dianiaya dan
berasal dari komunitas Hindu, Sikh, atau Kristen
berhak mendapatkan kewarganegaraan. Tetapi
mereka yang beragama Islam tidak bisa memiliki
keuntungan yang sama.”
Dalam kalimat indiferensiasi, jelas dikatakan bahwa
“Minoritas agama Hindu, Sikh, Kristen yang dianiaya berhak
mendapatkan kewarganegaraan”. Sebaliknya, pada kalimat
diferensiasi ditampilkan fakta “umat islam tidak bisa memiliki
keuntungan yang sama. Kalimat diferensiasi ini secara tidak
langsung memarjinalkan umat islam karena digambarkan secara
buruk. Hal ini dibuktikan bahwa umat islam tidak mendapatkan
kewarganegaraan (perlindungan) dalam peristiwa kerusuhan di
Scientific Inquiry untuk Materi Analisis Wacana Kritis 44