Page 12 - E-MODUL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
P. 12
Ingatan bisa diperkuat melalui latihan dan pengulangan yang tentunya tidak membosankan.
Thorndike mengemukakan tiga dalil tentang belajar, yaitu “low of effect” (dalil sebab akibat),
“law of exercise” (dalil latihan/ pembiasaan), dan “law of readiness” (dalil kesiapan). Law of
exercise adalah salah satu cara untuk memperkuat ingatan atau memori jangka panjang.
Memperoleh pengetahuan adalah suatu proses yang tidak akan pernah berakhir semasih
kita hidup dan dapat ditambah atau dikembangkan dan diperkaya melalui pengalaman hidup
atau belajar secara formal maupun informal.
2. Belajar untuk Berbuat (Learning to Do)
Belajar dapat diartikan sebagai berikut, pertama, bagaimana mengajar anak-anak untuk
mempraktikkan apa yang sudah diketahui atau dipelajarinya, misalkan contoh cara
mengendarai mobil, akan sulit diajarkan jika hanya melalui teori, lebih baik mengajarkan
secara praktik langsung kepada penerima knowledge. kedua, bagaimana pendidikan dapat
diadaptasikan dengan pekerjaan di masa depan, bahkan jika mungkin untuk meramal dengan
tepat bagaimana pekerjaan berkembang. Dalam pengertian yang kedua, termasuk dalam hal ini
adalah belajar untuk mampu bertindak secara kreatif dalam pekerjaan dan di lingkungannya.
Dalam lingkungan ekonomi industri yang dikuasai oleh pekerjaan- pekerjaan dengan
upah atau gaji, misalnya, maka penggantian tenaga manusia dengan mesin-mesin, telah
berdampak membuat tenaga manusia menjadi semakin tidak penting. Tugas-tugas fisik murni
sudah diganti oleh pekerjaan yang lebih intelektual, lebih mental sifatnya, seperti mesin-mesin
pengawasan, pemeliharaan dan pemantauan, dan oleh pekerjaan desain, studi dan organisasi,
karena mesin-mesin itu sendiri sudah lebih ‘inteligen‘ dan kebutuhan tenaga fisik yang
diperlukan untuk pekerjaan sudah berkurang.
Atas dasar itu, belajar berbuat tidak lagi berarti sekadar mempersiapkan seseorang
untuk tugas praktis tertentu. Belajar harus berubah sesuai dengan tuntutan itu, yaitu
memerlukan dikuasainya suatu kompetensi (pengetahuan dan keterampilan kerja yang lebih
tinggi) yang memampukan seseorang berurusan dengan berbagai situasi, yang sering tak
teramalkan, sanggup bekerja dalam tim (sejenis pengajaran proyek), mempunyai prakarsa dan
kesiapan untuk mengambil risiko, mempunyai komitmen pribadi yang kuat atas pekerjaan,
mampu berperan sebagai agen perubahan (pelopor pembaruan dan pembangunan), memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi, bekerja dengan orang-orang lain, dan mengelola serta
memecahkan perselisihan yang terjadi.
Dalam banyak hal, kompetensi dan keterampilan seperti itu akan diperoleh dengan
mudah, jika peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba sendiri dan mengembangkan
kemampuan dengan jalan terlibat di dalam pengalaman kerja atau pekerjaan sosial pada waktu
mereka menghayati proses pendidikan. Hal ini menegaskan pentingnya metode yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar dan bekerja secara bergantian dan berselang-seling.
8