Page 31 - E-MODUL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
P. 31

Inti  belajar  menurut  teori  kognitif  dari  Piaget  adalah  terjadinya  akomodasi,  yaitu  proses
               penyesuaian diri individu dengan lingkungan. Penyesuaian diri yang dimaksud dalam hal ini
               adalah penyesuaian struktur berpikir.

               3.  Teori Belajar Konstruktivistik
               Dalam pendidikan, secara umum konstruktivisme merupakan pandangan yang menyatakan
               bahwa dalam belajar, pemelajar secara aktif membangun sendiri pemahamannya berdasarkan
               pengalaman- pengalamannya sendiri, dan bukan memperoleh pemahaman melalui transfer dari
               sumber lain seperti guru atau buku (Eggen dan Kauchak dalam Hitipeuw, 2009). Ada dua
               ragam pandangan konstruktivistik yang berkembang belakangan ini. Dua ragam itu adalah
               konstruktivistik kognitif dan konstruktivistik sosial.

               Konstruktivistik kognitif dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Piaget yang berfokus pada
               konstruksi  pengetahuan  yang  bersifat  individual  dan  internal  (Meter  dan  Stevens,  2000).
               Sementara  konstruktivistik  sosial  dibangun  berdasarkan  karya-karya  Vigotsky  yang
               mengajarkan  bahwa  pengetahuan  pertama  kali  dikonstruksi  dalam  konteks  sosial  dan
               selanjutnya dalam diri individu (Resnick, Levine, Teasley, 1991).

               Menurut konstruktivistik kognitif, individu secara aktif mengonstruksi pemahamannya dengan
               jalan mencari makna dari disequilibrium yang ditimbulkan akibat interaksi individu dengan
               lingkungan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam teori belajar kognitif, belajar menurut Piaget
               terjadi  melalui  proses  asimilasi  dan  akomodasi.  Asimilasi  adalah  proses  di  mana  individu
               berusaha memperlakukan atau menyesuaikan lingkungan sesuai dengan skema atau struktur
               kognitif  lamanya.  Sebagai  contoh,  bila  individu  memiliki  struktur  kognitif  (cara  berpikir)
               bahwa  menghormati  orang  lain  akan  menghasilkan  penghormatan  balik  dari  orang  yang
               dihormati, maka cara berpikir itu akan terus dianut dan digunakan dalam berinteraksi dengan
               orang lain selama belum ada fakta yang membantah cara berpikir itu. Itulah contoh proses
               asimilasi. Bila suatu ketika individu itu menghormati orang lain, tetapi malah dibalas dengan
               tidak  hormat  atau  malah  ditipu,  maka  akan  terjadi  ketegangan  atau  keterkejutan  pada  diri
               individu itu. Keterkejutan atau ketegangan itu disebut diequilibrium. Disequilibrium itu akan
               mendorong individu untuk menyesuaikan cara berpikirnya, bahwa tidak setiap orang yang
               dihormati akan membalas dengan menghormati, ada kalanya orang yang dihormati membalas
               dengan  tidak  hormat  atau  malah  menipu.  Penyesuaian  cara  berpikir  itulah  yang  disebut
               akomodasi. Sekarang cara berpikir orang itu telah berubah dan diperkaya, dari yang semula
               berpikir bahwa penghormatan akan menghasilkan penghormatan, menjadi penghormatan bisa
               menghasilkan penghormatan, bisa juga menghasilkan ketidakhormatan atau bahkan penipuan.
               Demikian seterusnya individu secara terus- menerus akan mengkonstruksi sendiri pemahaman
               tentang dunianya setelah menemukan fakta-fakta baru di lingkungan yang berbeda dengan
               struktur kognitif lamanya. Fakta-fakta baru yang tidak sesuai dengan struktur kognitif lamanya
               akan  menyebabkan  individu  mengalami  disequilibrium,  dan  disequilibrium  itu  akan
               menyebabkan  terjadinya  akomodasi.  Dengan  akomodasi  berarti  struktur  kognitif  akan
               berkembang lagi.
               Sementara itu konstruktivistik sosial sangat dipengaruhi oleh Le v Vygotsky, yang memandang
               bahwa pengetahuan berada dalam konteks sosial, karena itu ditekankan pentingnya bahasa
               dalam belajar yang berbasis pada aktivitas (Egen dan Kauchak, dalam Gading, 2017). Menurut


                                                           27
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36