Page 16 - E-Modul Pengembangan Pembelajaran PPKn SD_Neat
P. 16

BAB IV
                                Topik 3. Model Value Clarification Technique (VCT) dan
                                              Model Telaah Yurisprudensi

                  4.  Sub Capaian Pembelajaran MK
                      Setelah mempelajari topik ini mahasiswa mampu:

                      a.  Merancang skenario pembelajaran muatan PPKn dengan menggunakan model
                          VCT
                      b.  Merancang skenario pembelajaran muatan PPKn dengan menggunakan model
                          Telaah Yurisprudensi


                  2.  Uraian Materi

                  a.  Model Value Clarification Technique (VCT)

                         Values  Clarification  Technique  (VCT)  adalah  salah  satu  teknik  pembelajaran
                  yang  dapat  memenuhi  tujuan  pancapaian  pendidikan  nilai.  Siswandi,  (2009  :77)
                  mengemukakan  bahwa: VCT, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan
                  menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada
                  prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa
                  tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik
                  yang  positif  maupun  yang  negatif  untuk  kemudian  dibina  kearah  peningkatan  atau
                  pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional
                  dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Menurut Djahiri (1992) pembelajaran VCT
                  dianggap  unggul  untuk pembelajaran  afektif karena:  Pertama,  mampu membina  dan
                  mempribadikan  (personalisasi)  nilai-moral.  Kedua,  mampu  mengklarifikasi  dan
                  mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasi
                  dan  menilai  kualitas  nilai-moral  diri  siswa  dan  nilai  moral  dalam  kehidupan  nyata.
                  Keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri
                  siswa terutama potensi afektualnya. Kelima, mampu memberikan pengalaman belajar
                  berbagai  kehidupan.  Keenam,  mampu  menangkal,  meniadakan,  mengintervensi  dan
                  melakukan subversi terhadap nilai-moral yang ada dalam sistem nilai dan moral yang
                  ada dalam diri seseorang. Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup secara layak dan
                  bermoral tinggi.

                         Perlu  diketahui  dan  diingat  bahwa  materi  pembelajaran  PPKn  umumnya
                  mengandung  konsep-konsep  yang  abstrak.  Terlebih  konsep  nilai,  umumnya  bersifat
                  abstrak,  seperti  nilai  toleransi, kerukunan, keyakinan, kemerdekaan,  dan  sebagainya
                  (Adisusilo, 2012). Model VCT yang ditawarkan untuk pembelajaran nilai yuang bersifat
                  abstrak tersebut antara lain berupa percontohan, cerita, dan kasus. Singkatnya, guru
                  harus mampu mengkonkritkan hal-hal yang abstrak atau mengoperasionalkan hal-hal
                  yang bersifat teoritis/konseptual, dan menyederhanakan hal-hal yang bersifat kompleks.
                  Oleh  karena  itu,  kajian  materi  yang  abstrak  tersebut  perlu  divisualisasikan  melalui
                  contoh-contoh dalam bentuk gambar, foto atau cerita. Penyajian contoh sebagai media
                  stimulus hendaknya diambil dari peristiwa nyata yang betul-betul terjadi. Dalam hal ini
                  perlu ada pemilihan cerita yang mengandung kriteria seperti aktual, dapat merangsang
                  imajinasi peserta didik, menarik perhatian, dilematis, kontroversial, dan ekstrim.






                                                           13
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21