Page 186 - PDF Compressor
P. 186
Halal bil Halal adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengumpulkan
orang untuk saling bertemu, bersilaturahim, dan saling memaafkan di antara
Muslim. Dalam tataran logika, kegiatan Halal bil Halal diadakan atas
pertimbangan jumlah umat Islam yang banyak dan jarak tempat tinggal yang
berjauhan, sehingga kalau harus berkunjung ke setiap rumah perlu waktu yang
cukup panjang, maka dikumpulkanlah Muslim pada acara Halal bil Halal.
Umat Islam setelah berpuasa mendapatkan kemenangan berupa taubat
yang diterima dan pahala yang banyak. Umat Islam telah mengabdi sebulan
lamanya langsung kepada Allah SWT. Namun, Umat Islam pun diajarkan untuk
menjalin silaturahim dengan sesama manusia. Dalam konteks itulah, Halal bil
Halal diadakan.
Kendati realitasnya masih ada saja pihak-pihak yang mempertanyakan
makna dan manfaat Halal bil Halal bagi kehidupan umat, bukan merupakan
persoalan rumit. Apalagi jika pertanyaan itu dibayangi dengan perspektif negatif,
misalnya, Halal bil Halal dianggap hanya dijadikan sarana foya-foyanya para
pejabat atau lobi-lobi kolusi. Walaupun mungkin saja perspektif itu ada
benarnya, tetapi diasumsikan, perspektif itu lahir dari pemikiran yang berbumbu
stereotif. Manusia memang sering terjebak pada pemikiran stereotif. Mungkin
jika ada pejabat atau siapa saja yang menjadikan Halal bil Halal sebagai sarana
foya-foya atau lobi-lobi kolusi, bukan berarti keseluruhan kegiatan Halal bil Halal
seperti itu. Yang terpenting, mari bersama-sama luruskan niat, makna dan
manfaat Halal bil Halal adalah untuk memupuk tali silaturahim. Sebesar apapun
pengorbanan yang dikeluarkan, tidak ada artinya jika dibandingkan dari manfaat
silaturahim. Dalam Sabdanya, Rasulullah dengan tegas menyebutkan bahwa
silaturahim itu dapat memperpanjang usia.
Berkait dengan itu, sejumlah ilmuwan pun sudah membuktikan bahwa
silaturahim (komunikasi) berkait erat dengan kesehatan fisik. Stewart
menunjukkan orang yang terkucil secara sosial cenderung lebih cepat mati.
Kemampuan berkomunikasi (bersilaturahim) yang buruk mempunyai andil
dalam penyakit jantung koroner, dan kemungkinan terjadinya kematian naik
pada orang yang ditinggalkan mati oleh pasangan hidupnya (Tubbs dan
Moss,1994).
Banyak bukti mengenai hubungan positif komunikasi yang harmonis dan
usia panjang. Raja Frederick II, penguasa Sicilia Abad ke-13, membuat percobaan
dengan memasukan sejumlah bayi ke laboratorium. Anak-anak itu dimandikan
dan disusui oleh ibu-ibu, tetapi tidak diajak bicara. Akibatnya, semua bayi dalam
percobaan itu mati.
Hasil penelitian Michael Babyak dari Universitas Duke dan beberapa
rekannya dari AS dengan melibatkan 750 orang kulit putih sebagai sampel dan
memakan waktu 22 tahun, ditemukan bahwa orang-orang yang berkomunikasi
tidak efektif (tidak suka berteman, memusuhi, mendominasi pembicaraan)
184