Page 158 - PDF Compressor
P. 158

cuma  ada  gue  yang  pasrah  mengikuti  maunya  dia  ke  mana.
               Waktu gue mengusulkan supaya kami sekamar aja di Ayana
               untuk  menghemat,  dia  melotot  dan  menolak  mentah-
               mentah.
                  ”Gue janji nggak akan ngapa-ngapain lo, Key, beneran,” kata
               gue waktu itu.
                  ”Gue biasanya tidur cuma pake kolor doang, lo yakin bisa
               nahan diri nggak ngapa-ngapain gue?”
                  Damn it, Key, lo nggak tahu sama sekali betapa tersiksanya
               gue mendengar itu, now I have the image of how you sleep forever
               imprinted in my head dan gue nggak bisa berbuat apa-apa.
                  Gue  merasakan  bibir  gue  tersenyum  waktu  ingat  malam
               pertama gue dan dia di Singapura, waktu dia kembali marah-
               marah karena ternyata kamar yang dikasih cuma satu walau
               ada dua tempat tidur terpisah.
          156
                  ”Kenapa,  Key?  Nggak  pa-pa  kok  kalau  mau  tetap  tidur
               pake  kolor  doang,  gue  janji  nggak  bakal  ngintip,”  goda  gue,
               yang  disambutnya  dengan  melemparkan  bantal  ke  arah  gue
               sambil ngomel-ngomel.
                  Malam itu dia tidur dengan piama lengkap, tetap ngomel-
               ngomel ke gue dengan menggemaskan sampai dia capek dan
               tertidur sendiri.
                  You  know  what  I’m  thinking  now,  Key?  Dalam  sepuluh
               bulan  sejak  terakhir  gue  melihat  lo  dan  lo  melihat  gue,  lo
               pernah inget gue nggak sih?




               R u l y


               Jogging buat gue sama dengan fotografi buat Keara. Gue ingat
               dia pernah bilang motret itu adalah satu-satunya yang menja-








        Isi-antologi.indd   156                                      7/29/2011   2:15:22 PM
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163