Page 234 - PDF Compressor
P. 234

kan ke arah kami. Kaki panjangnya yang cuma ditutupi celana
               pendek, gila ya anak ini terbang berjam-jam nggak kedinginan
               apa?  Hey,  I’m  not  complaining,  gue  nggak  akan  pernah  lupa
               betapa seksinya kaki lo itu, Key.
                  ”Key, gue tiba-tiba ketemu si Harris aja di sini,” gue bersyu-
               kur  Dinda  yang  mengambil  inisiatif  memecah  keheningan
               tolol ini. ”Dia baru dari nonton F1, satu pesawat juga nih kita
               ke Jakarta-nya.”
                  Gue mengumpulkan keberanian untuk tersenyum dan me-
               nyapa singkat, ”Hai, Key.”
                  ”Hai,” dia cuma tersenyum datar, dan langsung menoleh ke
               Dinda. ”Bukannya boarding sekarang, ya? Naik aja yuk, ngan-
               tuk gue.”
                  Cinta gue itu—masih berani-beraninya ya sebenarnya gue
          232  memanggil  Keara dengan  sebutan  ini—langsung  berlalu  du-
               luan menyusuri lorong belalai menuju pesawat, diikuti Dinda,
               dan  beberapa  langkah  di  belakang  ada  gue  yang  hanya  bisa
               menghela napas.
                  Gue harus ngapain supaya lo bisa memaafkan gue, Key?




               K e a r a


               ”What the hell do you think you were doing?” sungutku sambil
               memasang safety belt.
                  ”Maksudnya?” Dinda menoleh bingung.
                  ”Buat apa tadi lo harus pakai ngobrol-ngobrol beramah-ta-
               mah dengan si Harris segala?”
                  Dinda menghela napas. ”Aduh, Key, masih ya? Kejadiannya
               kan juga udah setahun yang lalu.”








        Isi-antologi.indd   232                                      7/29/2011   2:15:27 PM
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239