Page 287 - PDF Compressor
P. 287

”Ruly…,”  sapanya  dengan  suaranya  yang  serak  dan  masih
                lemah.
                  Gue  tersenyum  selebar-lebarnya,  tidak  bisa  menahan  diri
                untuk  tidak  memeluk  perempuan  yang  takkan  pernah  bisa
                berhenti gue sayangi itu, dia masih terlalu lemah untuk mem-
                balas pelukan gue, tapi dia tersenyum. ”Terima kasih ya, Rul,
                udah nungguin gue.”
                  Yang  tidak  gue  ceritakan  ke  Keara  adalah  bahwa  sampai
                sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa
                mengalahkan senang dan leganya gue subuh itu adalah kalau
                suatu  hari  nanti  gue  masuk  ke  ruangan  rumah  sakit  seperti
                ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia
                lahirkan.
                  Yang  tidak  gue  ceritakan  ke  Keara  adalah  rasa  hangat  di
                dada  gue  waktu  suster  membangunkan  gue  subuh  itu  dan   285
                berkata, ”Pak,  istrinya  sudah  sadar,”  dan  bahwa  gue  bahkan
                tidak berniat sedikit pun untuk mengoreksi pernyataan itu.
                  Mimpi aja terus, Rul.
                  Dokter akhirnya membubarkan pertemuan singkat itu dan
                gue  keluar  untuk  tidur  di  ruang  tunggu.  Badan  gue  rasanya
                seperti  habis  ditabrak  truk  dengan  posisi  tidur  semalaman
                seperti  ini,  tapi  semua  terbayar  dengan  senyuman  Denise
                itu.
                  ”Kemal  dan  ortu  Denise  udah  nyampe  juga?”  tanya
                Keara.
                  ”Kemal tadi nyampe jam sembilanan, Key. Begitu dia ada
                gue langsung balik ke rumah biar bisa istirahat. Sampai gue
                pergi  tadi  ortu  Denise  belum  nyampe,  kata  si  Kemal  baru
                terbang dari Singapur jam delapan pagi,” kata gue.
                  ”Oh gitu, ya syukur deh Denise nggak parah lagi kondisi-
                nya. Mau berangkat sekarang?”








        Isi-antologi.indd   285                                      7/29/2011   2:15:30 PM
   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292