Page 16 - Eko Daryono - Koneksi Antar Materi Modul 1.4
P. 16

Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah setelah
                                                                 mempelajari modul Budaya Positif


          Perubahan cara pandangan saya :


             1.  Tidak  semestinya  guru  meluapkan  emosi  saat  mendapati  murid  melanggar  keyakinan  kelas,  namun  perlu  menggali
                 terlebih dahulu motif pelanggaran tersebut. Saya lebih dapat mengontrol emosi saat menghadapi murid.
             2.  Tidak  lagi  memaksakan  kontrol  atas  diri  murid  karena  sesungguhnya  mereka  adalah  pribadi  yang  merdeka,  yang
                 berkuasa untuk mengontrol diri mereka sendiri.

             3.  Tidak lagi menerapkan hukuman dan penghargaan karena keduanya membawa dampak yang negatif terhadap murid,
                 terlebih untuk pemberian hukuman yang sama sekali tidak memiliki dampak positif.
             4.  Setiap murid memiliki kebutuhan dasar yang harus saya sadari dan semaksimal mungkin dipenuhi melalui aktivitas
                 pembelajaran yang berpihak pada murid.

             5.  Saya  lebih  terbuka  dan  humanis  dalam  menangani  pelanggaran  keyakinan  kelas  dengan  memposisikan  diri  sebagai
                 manajer dan melaksanakan segitiga restitusi dalam penyelesaiannya.



            Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas

                                                     maupun sekolah dan perasaan saya terkait hal tersebut


          Pengalaman yang pernah saya alami saat menerapkan konsep Budaya Positif :

             1.  Saat Curah Pendapat dalam Menyusun Keyakinan Kelas

                 Saat  saya  meminta  murid  untuk  curah  pendapat  dalam  membuat  keyakinan  kelas,  terdapat  beberapa  point  yang
                 mengarah  langsung  kepada  saya  yakni  :  “tidak  boleh  pilih  kasih”,  “tidak  boleh  marah”,  dan  “pemurah  dalam
                 memberikan nilai”.
                 Perasaan  saya  :  Awalnya  saya  tersenyum,  namun  benak  saya  merefleksi  karena  memang  selama  ini  saya

                 “menganakemaskan” murid tertentu (cerdas), mudah marah jika murid gaduh atau tidak memperhatikan pelajaran dan
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21