Page 128 - 9 dari Nadira
P. 128

l.:ieilo .§).  Chudori





                       "Daun-daunnya sudah lama tidak saya beri  minyak ... ;
                 Bram menggumam. "Mau kopi atau teh,  Nak?"
                       "Terimakasih, Pak ... Say a baru sarapan ... "

                       Bram  mengangguk  dan  mereguk  kopinya,  "Apa yang
                 saya  bisa bantu,  Nak?  Nadira  sudah  tidak tinggal  d i   sini,

                 kan dia kos dekat kantor  T e r a  ... Akhir minggu biasanya dia
                 kesini. .. "

                       "Ya ...  , saya tahu, Pak .. ."
                       Tara memperbaiki letak kursinya.

                       "Maaf  mengganggu  pagi  Bapak...  Nadira  s e ring
                 mengatakan,  pagi  untuk  Bapak  adalah  waktu  menyapa
                 kebun .. ."

                       Bram tertawa terkekeh-kekeh.
                       "Tidak apa-apa,  Nak Tar a .. :
                       "Bagaimana penulisan buku Bapak?"

                       Bram menggaruk-garuk kepalanya yang masih  menyi­
                  sakan  rambut  yang  masih  lumayan tebal  dibanding  lelaki
                 tua seusianya.

                       "Bel um sayapeganglagi. .. se j ak ... " Bram membersihkan
                 kerongkongannya,  "masih  belum  saya  teruskan  lagi.  Saya
                                                                                        i
                 juga  bingung  apakah  pembaca  masa  kini  masih  tertar k
                                          .
                 dengan soal  Malari. .  "
                       "Penting,  Pak ...  ,  mumpung beberapa tokohnya  masih
                 hid up dan Pak Bram salah satu wartawan yang menyaksikan

                 peristiwa itu."
                       Bram  mengangguk,  meski  wajahnya memperlihatkan
                 kesangsian.  Bukan  sangsi  pada  ucapan  Tara,  tetapi  pada

                 d i r inya.
                       "Ada yang bisa saya bantu, Nak?"
                       Tara berpikir cukup lama,  hingga akhirnya dia memu­

                 tuskan  langsung saja pada tujuannya untuk datang.
                       "Nadira ... menyebut seuntai tasbih milik ibunya ... •
                       Bram mengerutkan keningnya.


                                                   1�1
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133