Page 130 - 9 dari Nadira
P. 130
Geilo ,§). Chudori
sekali menegur istri saya ... ; Bram mereguk kopinya. "Tapi
ayah saya membiarkan Nadira dengan tingkah lakunya.
Gara-gara itu, ayah dan ibu saya sering berselisih paham,
karena ibu saya sangat rapi dan percaya pada struktur. . .,"
Bram mengisap rokoknya lagi dan menghembuskannya
dengan tenang.
"Ayah saya bersikerasmembiarkan Nadira berkembang
sesuai alam. Karena setiap kali saat mereka diuji membaca,
ternyata Nadira membaca dengan baik, dengan suara yang
merdu. Memang Nadira menolak mengenakan kerudung
selendang saat mengaji, karena dia kepanasan dan seluruh
kulitnya bruntus saat berkeringat. Dengan keringat ber
leleran itu, toh Nadira mampu membaca surah Al-Baqarah
dengan begitu merdu, yang membuat s e luruh ruangan
terdiam. Senyap.
"Jadi ayah saya tak peduli kapan Nadira mempelajari
itu semua, d i a juga tak peduli apakah Nadira mengenakan
kerudung itu atau tidak, yang penting. d i a bisa membaca
Quran ... ," Bram mematikan rokoknya.
"Dia menyukai kisah Nabi Chaidir ... ; kata Bram lagi,
menjawab pertanyaan Tara.
Tara mengangguk dan entah mengapa, dia s e ndiri su
dah menebak pasti kisah Nabi Chaidir itulah yang melekat
di hati Nadira.
"Di saat kami salat berjemaah pada bulan Ramadhan,
istri saya duduk di belakang. menghormati, tapi tak ingin
i kut bergabung. Bi asanya Nadi ra duduk di pangkuan ibunya,
l
padahal badannya sud ah mul ai i a t dan berisi, karena sering
lari-larian atau main gal ah dengan anak Gang Bluntas .. ."
Tara masih tak paham apa yang ingin d i sa mpaikan
ayah Nadira dengan kisah nostalgia masa kecil ini. Tapi
d i a sabar menunggu. Yang penting dia bisa melakukan se
suatu yang bisa membuat Nadira kembali menjadi sosok
12�