Page 134 - 9 dari Nadira
P. 134
l:ieilo ,§. Chudori
"Bur Nina protes.
"Tidak ada tawar-menawarr
Kemala menarik Nadira dan mengajaknya kembali k e
kamarnya. Nina dan Arya memandang s a y a dengan jeng
kel. Saya diam-diam tersenyum. La/u kutepuk-tepuk bahu
Nina dan Arya. T e rus-terang s a y a bangga. T a p i K e m a l a
tak b o l e h tahu bahwa s a y a gembira.
" S e b entar lagi kalian kuliah ... Sabarlah.N
***
"Saya selalu merasa mengecewakan Nina ... , terutama
karena ketika dia lahir, kami tak memiliki apa-apa; kami
hidup dengan keuangan yang sangat terbatas saat kami d i
Amsterdam," Bram mengambil rokoknya lagi.
Tara masih belum mampu menghubungkan cerita itu
dengan pertanyaannya.
"Tasbih itu saya berikan pada Nina. Setelah Kemala
pergi, roh anak-anak saya seperti ikut bersamanya. Saya
pun juga seperti tak punya guna ... : suara Bram terdengar
serak. I a mencoba menghal angi air mat an ya yang akan
tumpah. "Saya merasa, Nina paling membutuhkan tasbih
ibunya. Saya tahu Arya dan Nadira selalu kuat; selalu bisa
mengatasi Iuka kehilangan ibunya."
Tara mengangguk, setengah paham.
"Di malam 15 Januari itu, saya tahu betul: Nina ingin
sebuah pengakuan dari saya. Sedangkan Arya lebih tertarik
oleh gairah suasana yang heroik. Tapi Nina ... Nina selalu
membutuhkan pengakuan."
Kini Tara mengangguk dalam-dalam.
***
"Tulang hi dung yang rusak; mata yang lebam ... dan se
buah somasi!"
127