Page 137 - 9 dari Nadira
P. 137
'fasbih
*Bawa saja .. ."
s
Nadira menerima e i kat kembang itu dan menatapnya,
masih tak percaya. Lalu dia mencabut tiga tangkai seruni
dan memasukkannya ke dalam ranselnya.
***
Nadira berdiri di muka rumah itu, rumah di pojok kawasan
Bintaro. Yang selalu melahirkan skenario baru dalam benak
nya. Ternyata rumah ini adalah istana milik Tito Putranto.
Nadira menahan nafas. Jadi Tito Putranto ingin kita semua
mengetahui bahwa ia mempunyai rumah bertingkat empat
yang disangga tiang-tiang yang tinggi dan tebal; dia juga
ingin kita semua tahu bahwa dia memiliki motorboat dan
motor-motor besar yang konon harganya melebihi harga
mobil itu.
Nadira baru menyadari, pemilik rumah yang selalu
membuat dia menyetop perjalanannya itu, ternyata seorang
pengusahaterkemukadi negeri nyayangdi ken al sebagai sese
orang yang memiliki puluhan perusahaan properti (untuk
ternak uangnya), memiliki beberapa bank (untuk mencuci
uangnya), dan gemar main d i pasar uang. P e n gusaha yang
terkenal sebagai terminal terakhir peminjaman duit jika
bank sudah sekarat karena pendarahan: pengusaha yang
dikenal pernah menyiksa salah satu bankir yang terlambat
mengembalikan pinjaman kepadanya; atau pernah juga
ada bisik-bisik bahwa dia menggelantung pacar anaknya di
balkon lantai 17 , dengan kaki d i atas dan kepala melayang
layang; kaki siap dilepas dari genggaman jika dia tidak
berjanji meninggalkan anak sang konglomerat. Tito yang
d i k enal memiliki ratusan orang yang berfungsi sebagai pa
sukan pengamanan pribadinya; yangkonon dilatih melebihi
kesigapan pasukan khusus mi liter di Indonesia.
Seorang lelaki yang mengenakan safari hitam mem-
1�0