Page 140 - 9 dari Nadira
P. 140
Geilo .§. Chudori
kesalahan, bukankah itu emas murni?
" A y o ... duduk, duduk Nadir a. Mau kopi, teh, juice? Atau
air mineral?"
Nadira duduk i kursi, berhadapan dengan Tito yang
d
duduk di so f a berselimut beludru biru keemasan. D i bela
kangnya, terpajang lukisan Napoleon berwajah Tito. Jadilah
Nadira merasa s e d ang berhadapan dengan dua sosok Tito.
Yang mengenakan celana panjang hitam dengan kemeja pu
tih dan yang mengenakan seragam Napoleon. Seorang gad s
i
berkulit bersih, bermata bening dan berlesung pipit, berusia
sekitar 20-an, mengenakan rok denim mini dan t- shirt
dengan ukuran satu nomor kekecilan, berdiri di samping
Nadira. Nadira menengadah dan tidak tahu kenapa gadis
berlesung pipit dan t-shirt kekecilan itu menatapnya. Tito
tersenyum.
"Saya mau /attesaja ... , kamu mau apa, Nad?"
"Oh ... Kopi hitam saja, Mbak .. ."
"Tessa, nama saya Tessa ... ; s i lesung pipit tersenyum
man is.
"Terimakasih, Tessa," kata Nadira setengah linglung.
"Cream o r milk?" tanya T e s sa dengan suara seperti
suara pramugari di atas pesawat.
Nadira mengerutkan kening, lalu menggeleng.
"Sugar?" T e s sa bertanya lagi. Nadira menggeleng. Si
Lesung Pipit melenggang menghilang.
"Nah, Nadira ... , apa yang saya bisa bantu? Katanya
kamu ingin mengetahui kasus saya dengan Anto Januar?
Semua keterangan pengacara saya tidak cukup?"
"Begini, Pak Tito ... "
"Tito saja ... "
Nadira menelan ludah. "Eh, ya ... Begini. .. k e t e r angan
Pak Erwin s e muanya normatif. Saya membutuhkan yang
lebih rinci sebetulnya; dan saya mengharapkan Pak Tito ... "