Page 186 - 9 dari Nadira
P. 186
beila ,§). Chudori
coba mencemplungkan wajahinya kedalam kardusagar Niko
tak melihat air matanya. Sayup-sayup dia mendengar suara
seorang perempuan menceriidt. Niko nampak mengenali
suara itu, sementara Nadira tetap meneruskan memberes
kan buku-bukunya.
"Hai. .. , Mbak Dira."
Nadira merasa disiram seember e s . Tetapi dia mem
balikkan tubuhnya dan berhasil membentuk senyum.
" H a i, Rima ... "
"Sibuk, Mbak? Mau saya bantu? Aduh, bener kata Bang
N i k o , buku Mbak Dira banyak sekali. . ."
Rima, gadis berusia 25 tahun itu, tampak seperti seekor
burung prenjak yang bercuit-cuit tanpa henti. Nadira ter
senyum dan memasukkan buku-bukunya sembari mena
namkan kepalanya semakin dalam ke dalam kardus besar
bekas pembungkus lemari es.
Karena Nadir a tak menjawab tawarannya, Rima meng
undang dirinya sendiri untuk ikut mengangkat buku-buku
yang bertebaran dan membacanya sekilas. 0 , Amuk K a p a k ,
Sutardji Calzoum Bachri. Bifa Ma/am Bertambah Ma/am,
Putu Wijaya. T o the Lighthouse, Virginia Woolf.
Ketika Rima membuka-buka sebuah buku hitam te
bal, Nadira melirik. Jantungnya langsung melonjak, dan
melesat keluar dari dadanya. Entah bagaimana, tiba-tiba
tangan kanannya seolah memiliki jiwanya sendiri. Tangan
itu menyambar sang buku hitam dengan sigap dan sedikit
kasar. Rima menguik terkejut seperti seekor tikus yang
diinjak sepotong kaki bersepatu lars tentara. Tetapi insiden
itu segera terlupakan.
Hanya beberapa saat sebuah langkah kedl berlari-lari.
Rima kembali menguik dan menangkap Jodi sembari me
meluknya.
"Haiiiii, Jodiiiiii. .. , apa kabar, Sayang?"
179