Page 187 - 9 dari Nadira
P. 187

�irana





                      Jodi  menggeliat  dan  minta melepaskan  diri  dan  me­
                meluk  kaki  ibunya.  Saat  itu  Nadira  menemukan  sehelai

                daun  berbentuk  hati;  daun  Surga  dari  Asmarantaka.  D i a
                tersenyum.  Apakah  aku  se<iang  bermimpi.  Atau  d i a

                memang  terus  berkelebat  melintas  antara  dunia  nyata
                dan dunia tari? Nadira mengambil daun Surga yang sudah
                mulai kering  itu dan menciumnya. Aroma itu. Aroma yang

                membawa mereka pad a sebuah hasrat. Dia meletakkan daun
                Surga itu di dalam buku bersampul hitam milik ibunya, lalu
                dia memasukannya ke dalam r ansel.

                      "Tunggu duajam lagi, kamu sudah bisa menempati ru­
                mah ini. Biarkanlah saya membereskan  buku-buku saya,"

                kata Nadira dengan nada datar.  i a   menggiring Jodi ke ka­
                                                       D
                mar, membantu mengepak mainan dan buku-buku.


                                                  ***


                      Penghuni hutan Asmarantaka tertawa. Langit biru me­
                nyelimuti atap hutan. Aku memutuskan untuk menetap di

                sini, selamanya. Bersama dia. Tanpa nama. T a n p a   tepi yang
                                                      p
                membatasi. Tanpa u j ung yang  a st i .

                                                  * * * *




                             Jakarta, Maret 2008-Tanjung Pandan, Juli 2009




















                                                   '180
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192