Page 193 - 9 dari Nadira
P. 193
Sebiloh �isou
malam. i a satu-satunya yang antre sambil membaca buku
D
sembari maju selangkah demi selangkah setiap kali antrean
semakin mendekati meja.
Karena aku berdiri persisdi belakang Nadira, aku selalu
harus mencoel bahunya jika sudah ada "ompong" di depan
antre kami. Dan dia akan maju selangkah tanpa menoleh.
Begitu seterusnya.
Ketika dia terlalu lama tidak maju, padahal antrean
sudah panjang, aku mendehem. Nadira agak terkejut dan
menoleh. Secara spontan dia mengatakan maaf sembari
mengambil satu langkah yang besar. Dan saat itu, dia baru
menyadari kehadiran orang lain di luar bukunya yang sudah
mengisap perhatian dia.
"Bukunya pasti bagus sekali. .. ," aku mengucapkan itu,
sedikit menyentil. Nadira menoleh lagi dan tersenyum.
"lya ... , maaf ... ; D i a m a j u selangkah dan kini kami
sudah ada di ujung meja. Nadira meletakkan bukunya yang
k ec il itu ke saku jaketnya dan mengambil satu piring makan
untukku dan untuk dirinya.
"Tentang seorang anak remaja yang lari dari
D
rumahnya ... i a merasa terlalu tergantung pada ibunya dan
dia ingin melepas segala ikatan primordial. i a tidak ingin
D
dikenal sebagai anak sang ibu, hingga dia menggunakan
identitas yang baru dan mengalami banyak peristiwa yang
mengejutkan sepanjang perjalanan."
"Kenapa judulnya November?"
"Perisiwa kaburnya dia dari rumah pada bulan Novem
ber, ketika setiap hari dari langit tumpah hujan, • jawab
Nadira dengan semangat sambil menciduk nasi begitu
banyak. D i a pasti lapar s e kali.
186