Page 21 - 9 dari Nadira
P. 21
Geilo ,§). Chudori
NNaaaaaay, kita ke De Groene Bar,· Bea setengah me
maksa.
NBosan! Penuh snob. N
NBiarkan. Percayalah, ada lelaki ganteng itu ma/am
ini. Kau harus Ii h a t :
Hanya dalam waktu setengah jam, tiba-tiba sa j a aku
sudah b e r a d a d i De Groene Bar yang penuh sesak; bukan
s a j a o le h mahasiswa V r i j e dan G e m e e n t el i j k e Universiteit,
t e t a p i l e n g k a p d e n g a n aroma tubuh m e r e k a yang ma/as
r
mandi bercampur dengan asap o k o k dan a / k o h o l . B e a me
mang sialan. Aku tak e r minat mengunjungi bar i n i , karena
b
90 per sen pengunjungnya adalah mahasiswa VU4 dan GU5
yang merasa dirinya sebagai seniman, intelektua/, d a n
bertingkah so k bohemian. Mereka yang baru s a j a kembali
S
r
dari o r b o nneUnive s it y , Paris, hanya untuk program per
tukaran satu se m e st er dan sempat melihat S a rtre sekilas
dari jauh atau secara tak se:ngaja bertemu d en g a n pahla
wanku, S i m o n e d e Beauvoir. Biasanya mereka hanya be
rani menatap pasangan dahsyat itu; lantas d i Amsterdam
para snob yang dungu itu akan berkoar-koar merasa su
dah berada d i dalam lingkaran intelektua/ Eropa.
t
Dari e m p atku berdiri, aku b i s a melihatProfErnstvan
D i j k , seorang penulis Belanda terkemuka yang dikagumi
para mahasiswa (atau mahasiswi tepatnya; karena aku
tak pernah melihat d ia berja/an dari satu kelas ke kelas
lain tanpa entourage). Ada tiga mahasiswi yang duduk me
ngelilinginya, dan dua mahasiswa yang m e m e s a n anggur
merah. Sa/ah satu mahasiswi, yang blonda tentu sa j a ,
menggelantungkan lengannya k e atas bahu sang p r o f e sor .
• V r ij e Universiteit.
'Gemeentelijke Universiteit.
1 1