Page 251 - 9 dari Nadira
P. 251
Jlt Pedder Ba�
Nadira tak menjawab. D i a menutup bukunya dan me
mandang cahaya matahari yang membentur permukaan
riak Pedder Bay.
Marc duduk di sebelahnya dan merangkul bahunya,
"Saya mengira kamu sangat dekat dengan abangmu. Qui?'
·y a ... •
• Jadi, kenapa mesti ragu?"
"Ke Jakarta artinya banyak hal. . ."
Marc menanti Nadira. D i a sudah mendengar se j arah
N adira selama 19tahun yangdiringkasdalam duajam. Nadira
belum memberikan versi asli yang pasti isinya berjilid-jilid.
Nampaknya Nadira belum siap untuk mengorek-ngorek
ruang gelap dalam s e jarah hidupnya. Kematian ibunya,
Yu Nina dan Gilang, perceraiannya dengan N i k o. Apa se
rangkaian monumen hitam dalam hidupnya itu harus di
kunjungi satu persatu? Marc duduk di samping Nadira,
memeluk kepala Nadira agar dia tiduran di atas pangkuan
Marc.
"Marc ... , sebelum ke sini, terlalu banyak hal-hal yang
buruk yang terjadi padaku."
"Kamu tak perlu menceritakan kalau tak siap."
·No, I really want to ... ,· nada Nadira sangat tegas.
"Saya tak mau lagi meratap karena kepergian ibu. Saya
masih merindukannya; tapi saya tak mau hanyut dalam
kesedihan .... •
Marc diam, tak mengejar Nadira dengan pertanyaan
apapun.
·Ayah Jodi. .. saya sangat 111encintainya .... "
Marc menghela nafas, Nadira tersenyum. "Marc ... ,
waktu itu kita masih terlalu muda. Kita belum siap. Kamu
masih mau mengambil kuliah hingga ke ujung PhD, saya
.
mau pulang .. "
"No," Marc menggelengkan kepala, meski bibirnya
246