Page 255 - 9 dari Nadira
P. 255

Jlt Pedder fla�





                      "Meja be/ajar kayu? Kenapa b i s a   menghilang dari ka­
                mar Yu Nina?" tanyaku bingung.
                      Bunyi kayu yang berdetak bercampur dengan udara

                kemarahan  Yu  Nina.  Tiba-tiba  ku/ihat  mata  Yu  Nina
                hampir m e l e s a t  keluar dari kantung matanya. Astaga. Aku
                juga  baru menyadari  ... batangan  kayu yang bertumpuk,

                yang berdetak-detak dibakar api itu ... Apakah itu potongan
                meja kayu milik Yu Nina? Tidak mungkin. Tapi ...
                      "ARYAAAAA!!!!!!! /WAN! MURSlllllD!!!!"

                      Dan  ketiga  begundal  itu  langsung  angkat kaki  dan
                berlari  tunggang-langgang.  Suara  tawa  mereka  yang
                terbahak-bahak  tertinggal  di  udara.  Untuk  b e b e r a p a

                d e t i k   pertama,  Y u   Nina mencoba mengejar trio t u y u l   i t u ,
                t e t a p i   tentu sa j a   d i a   kalah.  Arya  dan  kedua  pengikutnya
                itu gemar  berolahraga, sedangkan  Yu Nina sangat ma/as

                gerak badan.
                      Yu Nina  berhenti berlari.  Wajahnya  semakin  berk�
                ringat dan sangat murka.






                Kini Nadira sudah duduk tegak karena Marc sibuk tertawa
                terbahak-bahak tak berkesudahan. Cerita masa remaja Arya
                itu  terlalu  lucu.  Nadira tersenyum  melihat  Marc  begitu

                menikmati  kisahnya.  Ah,  dia  masih  mencintai  Marc.  Dia
                masih melayang setiap kali mel ihat jari-jari panjang langsing
                itu  mengusap tuts piano.  Dan yang paling  penting,  Marc
                selalu membakarnya di tempat tidur. Bersama Marc, seprei

                tak pernah teduh.
                      "Arya masih marah soal ledakan petasan di lemari itu?"1

                      Nadira mengangguk, "Ya ... Tetapi orangtuaku tetap tak
                bisa  menerima alasan  Arya."  Nadira memandang birunya



                ' Baca masa kecil Nina,Arya,dan Nadira dalam"Tasbih".

                                                   2§0
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260