Page 38 - 9 dari Nadira
P. 38
jv1encari �eikot �eruni
semua paman-bibinya dan sepupu-sepupunya seka/ian be
/ajar mengaji. Nanti neneknya juga mengajarkan salat
lima waktu. H
Ayah Bram kemudian menutup pembicaraan dengan
mengangguk padaku; tanpa .menanti persetujuanku. Dia
mengambil tongkatnya dan berdiri. B e d u g zuhur sudah
terdengar, dan hanya beberapa detik kemudian terjadi
hiruk-pikuk seluruh isi rumah menuju kamar mandi untuk
membasuh tubuh dengan air wudu. Dari jauh aku m e l i
hat R a y , a d i k b u n g s u Bram, tengah mengajar Arya untuk
mengambi/ air wudu. /bu Suwandi dan Bram sudah me
ninggalkan ruang t e n g a h , sementara aku masih menatap
bapak mertuaku yang berjalan dibantu tongkat.
NA ku di s in i saja, P a k.N
Bapak Suwandi menoleh.
NA ku akan salat kalau aku ingin, kalau s a y a ... si a p , N
kataku menatap matanya.
Bapak Suwandi diam. T a p i, /agi-/agi, dari wajah gem
bi/ yang masam itu, aku mel;hat sinar mata yang sangat
ramah. Dia m e n y o d o r kan seuntai tasbih yang sejak t a d i d i
p
pegangnya. Seuntai tasbih berwarna coke/at o l o s . Sangat
se d e r hana.
NKalau begitu, Kumala, pegang ini saja ... N
Aku menerimanya. Aku bahkan lupa untuk m e m p e r
baiki cara d i a mengucapkan namaku. Untuk s el a njutnya
aku akan membiarkan d i a memanggilku Kuma/a, karena
entah bagaimana, aku b i s a melihat sinar yang ramah dan
tu/us yang tersembunyi di balik wajah yang masam itu.
Ucapan terimakasihku mungkin tak t e r d e n g a r , karena
bapak mertuaku kemudian berjalan tertatih menuju ka
mar mandi.
***
28