Page 12 - Sinar Tani Edisi 4101
P. 12

12                         Edisi 3 - 9 September 2025  |  No. 4101 Tahun LVI                               A GRI W ACA N A



                         Koperasi: Mesin Waktu yang Berpikir


                             untuk Indonesia ke-80 Tahun Merdeka




                                                                       Oleh : Agus Pakpahan,
                                                        Rektor Universitas Koperasi Indonesia (Ikopin University)



                       i Norwegia, koperasi   ekonomi, ia adalah mesin waktu       siapa   yang  menentukan    harga,   dikibarkan,    tetapi   dibagikan.
                       bukan      nostalgia,  yang  berpikir.  Ia  mengingat  masa   siapa yang berhak berkata,  “Ini   Bendera yang tidak hanya simbol,
                       tetapi algo ritma sosial   lalu yang tertindas dan merancang   milik  kita  bersama.”  Koperasi  tetapi sistem. Karena kemerdekaan
                       yang terus diperbarui.   masa depan yang setara.            adalah kemerdekaan yang kedua—       sejati bukan hanya bebas dari
                       Di Finlandia, operasi     Ia tidak dibangun dari utopia,    bukan dari penjajah asing, tetapi    penjajahan, tetapi bebas untuk
       Dadalah sekolah demo-                  tetapi dari kalkulasi yang penuh     dari   sistem  yang   memisahkan     membangun dengan cara yang
          krasi, tempat anak-anak belajar     kasih. Ia tidak hanya tumbuh dari    rakyat   dari   sumber    dayanya.   adil, ilmiah, dan penuh kasih. Dan
          memilih, bukan hanya produk, tetapi   ideologi, tetapi dari kebutuhan yang   Ia adalah cara kita berkata,  “Tak   jika anak-anak kita kelak bertanya,
          masa depan. Di Jepang, koperasi     dipahami bersama. Di Indonesia,      perlu menunggu investor asing,       “Bagaimana     kita  bertahan   di
          adalah disiplin yang lembut, yang   koperasi belum menjadi arsitek       kami punya sekam, punya rempah,      tengah dunia yang berubah?” Kita
          mengatur pasar dengan etika, bukan   masa depan, karena kita masih       punya akal, punya solidaritas.”      akan menjawab, “Dengan koperasi.
          dengan dominasi.                    memandangnya sebagai warisan            Di usia 80 tahun republik,        Dengan keberanian untuk berbagi.
            Di   Korea   Selatan,  koperasi   usang, bukan sebagai inovasi.        biarlah koperasi menjadi bendera     Dengan     ilmu   yang   berpihak.
          adalah simfoni komunitas, yang         Padahal ia bisa menjadi labora-   kedua: bendera yang tidak hanya      Dengan cinta yang terorganisir.”
          menyanyikan efisiensi tanpa ke-     torium kebangsaan, tempat kita
          hilangan empati. Di Amerika, kope-  belajar menjadi warga yang me-
          rasi adalah eksperimen rasional,    langkah bersama menuju cita-cita
          tempat Thomas Schelling ter senyum   masa depan milik semua. Jika kita
          melihat bagaimana pilihan individu   ingin bangkit, jangan hanya bicara
          bisa membentuk solidaritas kolektif   tentang  pertumbuhan.   Bicaralah
          tanpa paksaan, tanpa propaganda.    tentang    kepemilikan    bersama.
          Marvin  Harris  berkata,  “Manusia   Tentang harta yang dimiliki bersama.
          makan bukan hanya karena lapar,        Tentang keputusan yang tidak
          tetapi  karena   sistem   budaya    dibuat oleh segelintir, tetapi oleh
          yang mengatur kelangkaan.” Dan      semua yang terdampak. Karena
          koperasi menjawab, “Kami mengatur   koperasi bukan hanya alat, ia adalah
          kelangkaan dengan kebersamaan,      cermin: yang menunjukkan siapa kita
          bukan   dengan   kompetisi   yang   dan siapa yang kita ingin jadi.
          membakar ladang.”
            Multatuli berteriak dari masa        Penutup:
          lalu,  “Beranilah  men jadi  adil!”  Dan   Kemerdekaan yang Kedua
          koperasi  menjawab,  “Kami  tidak      Kini, delapan puluh tahun sudah
          menjual keadil an, kami membaginya:   Indonesia berdiri sebagai bangsa
          dalam rapat, dalam harga, dalam     merdeka.    Namun,    kemerdekaan
          ke putusan yang dibuat ber sama.”   bukan hanya soal bendera, ia adalah
          Koperasi  bukan    hanya   sistem   soal siapa yang memiliki tanah,


           Saat Petani Harus Pegang                                                                               Kolom



           Kendali Pupuk Subsidi                                                                                         Oleh:  Memed Gunawan






                                              1 (produsen), kemudian distributor   perlu penguatan. Administrasi harus
                                              (lini  2), agen (lini  3) dan  pengecer/  rapi, pencatatan akurat, pengurus   mungkinkah Gapoktan memikul
                                              kios (lini 4), maka kini distribusi dari   bertanggung jawab.             tanggung     jawab   besar   ini?
                                              produsen langsung ke titilk serah       Kehadiran Koperasi Desa Merah     Jawabannya,    bisa,   asal  ada
                                              yakni gapoktan atau pengecer/kios.   Putih (KDMP) yang baru diluncurkan   pendampingan. Pemerintah harus
                                                 Sebagai titik serah pupuk subsidi,   Presiden Prabowo Subianto di Klaten,   hadir bukan sekadar menunjuk,
                                              peran   Gapoktan   menjadi   kritis.  beberapa waktu lalu,  bisa menjadi   tapi  membimbing.      Pelatihan,
                                              Gapoktan bukan sekadar organisasi    penguat.   Bukan   hanya   payung    pengawasan, hingga digitalisasi
                      upuk   subsidi  bukan   formal    atau   sekadar   tempat    kelembagaan, KDMP juga sebagai       pencatatan    bisa   memastikan
                      sekadar kantong berisi   berkumpul petani, tapi bisa menjadi   jaminan bahwa distribusi pupuk     pupuk  sampai  ke  tangan  yang
                      granula atau butiran. Ia   titik serah pupuk subsidi yang    berlangsung tertib, bebas spekulan,   benar.
                      adalah nyawa sawah,     nyata, tempat petani memegang        dan    tepat   sasaran.  Gapoktan       Gapoktan harus dipersiapkan
                      penentu panen, dan      kendali penuh atas apa yang mereka   memasak, Kopdes MP menutup           agar  tidak salah  langkah.  Apalagi
        Psering               kali  penentu   butuhkan.                            atapnya agar semua tetap aman.       bisnis sebagai penyalur pupuk
           nasib  petani   kecil.  Ironisnya,    Jika pupuk diserahkan langsung       Bayangkan dampaknya: petani       subsidi bukan persoalan mudah.
           distribusi pupuk subsidi  selama ini   ke Gapoktan, bukan melalui rantai   tidak lagi sekadar penerima subsidi,   Salah salah bisa masuk kerangkeng.
           kerap mendapat keluhan petani,     panjang yang rawan kebocoran,        tapi   pengelola.  Mereka   belajar     Jika  berhasil,  maka   petani
           karena terlambat sampai ke mereka.  transparansi meningkat, keadilan    manajemen,     transparansi,   dan   tidak lagi menjadi penonton di
             Keluhan    tersebut  kemudian    terasa. Paling penting adalah pupuk   solidaritas. Mereka bisa menata     ladangnya sendiri. Mereka menjadi
           membuat pemerintah turun tangan    subsidi bisa tepat sasaran dan       benih, saprotan, bahkan menyiapkan   pengelola rantai pangan yang
           memperbaiki tata kelola pupuk      penerima yakni petani.               akses pasar dengan sistem yang       berdaulat.   Petani   memegang
           bersubsidi. Salah satunya dalam       Tapi  kendali ini tidak otomatis.   jelas. Distribusi pupuk hanyalah   kendali,  Kopdes   MP    menjaga
           mekanisme     distribusi  dengan   Di lapangan tidak semua Gapoktan     awal dari kedaulatan pertanian yang   sistem, dan pupuk subsidi menjadi
           memangkas jalur. Jika sebelumnya   siap menjadi titik serah pupuk       sesungguhnya.                        alat untuk memberdayakan, bukan
           harus melalui berbagai tahapan lini   subsidi.  Untuk  itulah  Gapoktan    Kritik    mungkin       datang:   sekadar “dibagikan”.
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17