Page 125 - dear-dylan
P. 125

* * *

               Pesawat  yang  gue  tumpangi  mendarat  di  bandara  Sultan  Thaha,  Jambi,  dengan  sedikit
               sentakan. Beberapa penumpang heboh, mungkin mengira diri mereka sudah di ujung maut
               atau apa, tapi gue nggak bereaksi.
                    Nggak ada yan glebih mengguncang dunia gue selain diputuskan Alice...
                    Kalau saja gue bisa, gue kepingiiiinn banget menuntut  infotainment-infotainment  yang
               menyebarkan  gosip  tentang  gue  dan  Regina.  Mereka  nggak  tahu  seberapa  besar  gosip  itu
               sudah berdampak pada hidup gue. Mama bahkan nangis waktu mendengar Alice memutuskan
               gue, dan menyalahkan gue karena nggak mampu menjaga perasaan gadis itu baik-baik.
                    Yah, gue memang salah. Goblok! Gue menyia-nyiakan cewek sebaik Alice.
                    Rasanya nggak mungkin dia mau balik lagi sama gue...
                    Sambil  menuruni  tangga  pesawat,  gue  menyalakan  iPod  dan  memasang  earphone  di
               telinga.  Lagu  yan  ggue  dengar adalah  What  About  Now-nya DAUGHTRY, lagu  yang  gue
               dengar di Yahoo! Radio semalam. Memang, lagu ini menohok perasaan, tapi liriknya dalem
               banget. Gue nggak yakin apa Skillful bisa bikin lirik lagu sebagus ini.
                    Dan  mungkin  karena  gue  suka  sama  What  About  Now,  semalam  gue  meminjam
               komputer Udik untuk mencari lagu-lagu DAUGHTRY lainnya. Gue dapat sealbum penuh!
                    Hell,  this  band  is  cool!  Dan  ternyata  vokalisnya  tuh  Chris  Daughtry  yang  jebolan
               American Idol itu! Pantas gue merasa familier sama suaranya, ternyata...
                    Yah, pokoknya gue sekarang suka banget sama band ini. Mereka benar-benar punya skill
               bermusik yang tinggi, dan aliran musiknya nggak jauh beda dengan Skillful, pop rock. Ada
               beberapa lagu upbeat di album mereka, dan beberapa lainnya adalah lagu slow.
                    Gue berjalan melewati gerbang kedatangan, dan mencari-cari penjemput gue. Bang Budy
               bilang, salah satu kru akan menjemput gue, tapi dia nggak bilang siapa.
                    “Hei!”
                    Gue  menoleh,  dan  melihat  Tyo,  kru  Skillful,  nyengir  di  depan  gue.  Gue  mencopot
               earphone yang terpasang di telinga.
                    “Oh, lo yang jemput? Gue kira Asep.”
                    “Nggak. Si Asep sakit.”
                    “Lho? Sakit apa?”
                    “Kejatuhan kamera.”
                    “Hah?” Gue mengernyit nggak ngerti. “Kamera apa? Digicam?”
                    “Bukan. Kamera TV.”
                    Gue  masih  melongo  kebingungan,  tapi  Tyo  sudah  membimbing  gue  ke  sebuah  mobil
               yang  menunggu  di  depan  terminal  kedatangan.  Sopir  mobil  itu  langsung  memacu
               kendaraannya begitu gue dan Tyo berada di dalam mobil. Berkat topi dan kacamata hitam
               yang gue pakai, nggak ada yang mengenali gue sebagai Dylan Skillful.
                    “Eh, lanjutin cerita yang tadi dong. Yang Asep kejatuhan kamera TV,” pinta gue ke Tyo.
               Gue masih penasaran kenapa Asep bisa kejatuhan kamera TV. Aneh banget!
                    “Yah... gini, kemarin waktu kita sampai di bandara, ternyata wartawan udah ngejogrok di
               situ.”
                    “Hah? Ngapain?”
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130