Page 45 - dear-dylan
P. 45
Oh sugar-honey-ice-tea, kalau mendengar masalah kayak tur panjang gitu aja dia
kecewa, bakal seperti apa reaksinya kalau tahu pacarnya diminta menonjok vokalis band baru
yang sedang cari popularitas, dan dia harus ikut andil dalam masalah itu?
“Yah... sekitar itu.”
Alice mengangguk, dan menatap ke luar jendela. Kami sudah semakin dekat dengan
JHCC sekarang, yang berarti seharusnya kami mulai siap-siap untuk turun di red carpet, tapi
wajah Alice berubah jadi murung, dan itu gara-gara gue.
“Aku... nanti kalau ada jeda, aku balik ke Jakarta. Dengan biaya sendiri,” kata gue,
berusaha menenangkan dia. Gila, kebohongan ini masih berlanjut, dan gue bahkan belum
jujur soal masalah Excuse itu ke Alice!
“Nggak usah. Aku nggak papa kok,” Alice memandang gue dan tersenyum. “Tahun lalu
juga ada tur tiga puluh kota, kan? Dan waktu kamu balik, aku belum punya pacar baru, kan?
So... I will be alright.”
GLEK! Apa maksudnya tahun lalu saat gue balik tur tiag puluh kota dia belum punya
pacar baru?! Apa dia berniat melakukannya tahun ini? Cari pacar baru???
“Hahaha...” Alice tiba-tiba meledak tertawa. “Aku cuma bercandaaaaa! Mukamu udah
kayak muka Bang Budy kalau kalian dapat flight delay tuh! Hahaha...”
Fiuuhh... ternyata dia cuma bercanda? Syukurlah. Bayangan Alice bakal cari pacar baru
selama gue tur panjang ternyata sanggup bikin gue parno sendiri.
Well, it means I don’t wanna lose her, doesn’t it?
* * *
Kayaknya tahun lalu waktu gue datang ke MTV Awards, suasananya nggak seheboh ini deh.
Dan tentu saja, wartawannya dulu juga nggak sebanyak ini.
Gue tadi nyaris jatuh kesandung begitu turun dari mobil karena disambut sejuta kilatan
blitz yang minta ampun silaunya. Gila, apa di dunia ini nggak ada alat yang bisa mengautr
tingkat kesilauan blitz kamera?
“Dylan, Dylan! Alice!” Wartawan-wartawan itu berebut-rebutan memanggil, dan ketika
gue memberanikan diri menoleh menghadap blitz-blitz sialan itu, mereka langsung menjepret
sebanyak-banyaknya.
Nah, salah mereka sendiri kalau nanti semua foto gue adalah dengan mata terpejam.
Blitz-nya gilal-gilaan, man!
Tapi untunglah, gue nggak beneran jatuh kesandung gara-gara semua blitz sialan itu. Gue
sukses menggandeng Alice sampai bagian tengah red carpet, tempat board-board dengan
tulisan MTV Awards dipasang,d I mana kami harus berhenti dan berpose untuk difoto.
Lumayan, seenggaknya kali ini lensa kameranya nggak persis berada di depan hidung gue.
Ada kemungkinan mereka akan dapat beberapa foto gue dengan mata terbuka.
Alice, lucunya, kelihatan lebih bete daripada gue. Dia tersenyum, tapi gue tahu dalam
hati dia pasti mengomel gara-gara semua blitz itu. Tapi at least kan dia bakal punya foto-foto
cantik dari red carpet session ini.
Ternyata di tempat yang terang benderang gini dia kelihatan lebih manis daripada di
mobil tadi...
“Yihuu, Dylan „Skillful‟!”