Page 42 - dear-dylan
P. 42

BANG  BUDY  melongokkan  kepala  dari  pintu  ruang  kerjanya.  “Dylan,  tolong  ke  sini
               sebentar.”
                    Gue  menoleh  pada  Dovan  dan  Dudy,  yang  memandang  gue  dengan  pandangan  ingin
               tahu, lalu bangun dari kursi dan beranjak menuju ruangan Bang Budy.
                    “Ntar gue ceritain,” kata gue pada mereka. Dovan dan Dudy mengangguk.
                    “Ini soal masalah yang kita bicarakan waktu itu,” kata Bang Budy setelah gue masuk ke
               ruangannya dan menutup pintu. Rupanya kali ini Bang Budy nggak mirip ayam mau bertelur
               lagi, suaranya sudah terdengar tegas dan galak seperti biasa.
                    “Ya, aku tahu. Soal Excuse.”
                    “Betul.” Bang Budy mengangguk-angguk. “Kemarin Pak Leo menelepon lagi, dan dia...
               sudah  mengajukan  satu  ide  tentang  kenapa  kamu  dan  vokalis  Excuse  itu...  ngomong-
               ngomong namanya Yopie, bisa berantem.”
                    Gue mengangguk dengan tampang jengah. Semoga skenarionya nggak terlalu gila, dan
               semoga semua ini cepat berlalu. Rasanya gila sekali waktu gue mengambil keputusan untuk
               menuruti perintah Pak Leo. Tapi mau gimana lagi, gue nggak diberikan pilihan lain.
                    “Nanti, kita akan mengarang seolah-olah Yopie... mengganggu Alice.”
                    “WHAT?!”  Gue  refleks  berdiri  dari  kursi,  sampai  kursi  yang  gue  duduki  nyaris
               terjengkang ke belakang.
                    “Iya. Harus ada alasan kenapa kamu meninju Yopie, kan? Nggak mungkin kalau kalian
               tiba-tiba aja berantem tanpa sebab.”
                    “Nggak, nggak...” Gue menggeleng. “Pokoknya nggak! Aku nggak mau Alice dibawa-
               bawa dalam skenario sinting ini.”
                    “Tapi, Lan... nggak ada ide lainnya...”
                    “Ohh, pasti ada!” Gue jadi emosi. “Misalnya... dia mengatai Skillful band cengeng atau
               apa, dan aku bisa langsung menonjoknya. Atau dia menghina aku, dan aku lepas kontrol.”
                    “Tapi itu terlalu negatif...”
                    “Memangnya menonjok orang itu positif?” serang gue.
                    “Bukannya  gitu...”  Bang  Budy  menghela  napas.  “Tapi  kalau  alasan  kalian  berkelahi
               karena  kamu  membela  Alice  kan  kesannya...  kamu  ada  di  posisi  yang  benar.  Kamu  akan
               terlihat gentle, sayang sama pacarmu, melindungi dia.”
                    “Kalau  aku  melindungi  dia,  itu  berarti  aku  nggak  membawa-bawa  dia  dalam  ide  gila
               kayak gini!” Gue meninju meja Bang Budy. Damn, sakit juga! “Apa sih yang ada di otak Pak
               Leo? Kalau dia mau cari  orang  yang harus dikorbankan, aku aja! Nggak usah bawa-bawa
               Alice!”
                    “Tapi kalau kamu menonjok Yopie dengan alasan dia menghina kamu dan kamu lepas
               kontrol, akan terkesan kamu orang yang high-temper.”
                    “Terus kenapa? Toh nantinya image aku bakal jelek juga di depan orang! Sekalian aja
               jelek banget!”
                    Bang Budy nggak menjawab lagi, dia menatap gue dengan gelisah. Gue tahu, dia juga
               pasti  bingung  gara-gara  semua  ide  sinting  Pak  Leo  ini,  tapi  gue  yang  harus  jadi  boneka
               pelakunya, bukan dia. Harusnya gue yang terlihat lebih bingung...
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47