Page 38 - dear-dylan
P. 38
“Sudah kubilang begitu!” Kak Rana tersenyum lebar sambil bertepuk tangan lagi. “Nah,
Alice, that dress is now officially yours. For free!”
“Hah?!” Aku melongo. Kalau tadi aku masih kaget karena melihat penampilanku di kaca
yang berubah bak peserta The Swan yang dioperasi plastik habis-habisan, sekarang aku lebih kaget
lagi. Gaun ini... Kak Rana ngasih gaun ini... gratis?
“Wow! Thanks, Kak!” seru Grace, nyolong start karena melihatku yang speechless.
“Sama-sama. Oya, ntar jangan lupa bilang Julia, lagi ada new arrival nih di sini. Aku belum
sempat kabarin dia sendiri soalnya, oke?”
“Sipp!” Grace mengacungkan jempolnya, menyebabkan sepotong kentang goreng jatuh di
lantai karena ia melepaskan jepitan antara jempol dan telunjuknya pada kentang itu.
“Tapi... tapi... Kak Rana, aku nggak boleh dong terima gaun gratis begini... Aku...”
“Oya, sampai lupa! Stileto sama jepit rambutnya juga gratis! Hehe...”
“Kak Ranaaa...” Aku sekarang mulai terdengar kayak anak kecil merengek. Gila aja kalau ini
semua beneran gratis! Matahari bisa terbit di selatan besok pagi! “Aku nggak bisa gitu aja dapat
semua ini tanpa melakukan apa-apa...”
Kak Rana tergelak, lalu mengibaskan tangannya. “Of course kamu harus melakukan sesuatu,
Alice.”
GLEK! Ini sih jauh lebih parah dibanding membayar bill! Asal tahu aja nih ya, kalau di
majalah ada produk Run & Ran, biasanya ada tulisan begini: Dress by Run & Ran, price upon request.
Nah, untuk butik yang nggak biasa mencantumkan harga produknya di majalah (mungkin karena
takut pembacanya tersedak lalu mati begitu membaca harganya atau apa, aku nggak tahu), aku
pasti harus melakukan hal yang “berat” kalau benar-benar mau dapat barang gratis.
“Mmm... apa?” tanyaku ketar-ketir.
“Nanti pas di red carpet bakal ada fashion police-nya, kan?” Aku mengangguk. “Nah, yang perlu
kamu lakukan cuma... kalau mereka tanya di mana kamu dapat gaun, sepatu, dan aksesori, kamu
cuma perlu bilang kamu beli di Run & Ran, oke?”
Aku mengerjap. “Hah? Itu doang?” ceplosku.
“That’s all,” yakin Kak Rana. “Promosi adalah kunci sukses bisnis!”
“Tapi masa cuma dengan bilang begitu, aku bisa dapat gaun...”
“Hei, don’t be silly!” Kak Rana menggoyang-goyangkan jari telunjuknya di depan mukaku.
“Memangnya kamu nggak tahu berapa banyak orang yang menonton MTV awards? Nah,
seharusnya malah kami harus membayar kamu lagi kalau minta dipromosikan di red carpet! Gaun
dan yang lain-lain itu belum apa-apa!”
Aku mengangguk dengan wajah bego. Memang sih, kalau dipikir-pikir, biaya promosi di
acara sekelas MTV Awards pasti naujubile mahalnya. Dan memang lebih menguntungkan buat
Run & Ran kalau mereka “cuma” perlu membayarku dengan gaun, stileto, dan jepit rambut ini
untuk mempromosikan mereka di acara itu.
Tapi tetap aja aku merasa nggak enak. Maksudku... bilang ke orang lain kalau kamu pakai
produk berlabel Run & Ran saja sudah kebanggaan tersendiri. Confidence injection bangetlah
pokoknya. Tapi aku sekarang malah dapat keuntungan dobel: udah dapat produk gratis, bakal
jadi pede pula karena penampilan oke. Lucu aja sih rasanya. Dan ini semua karena aku pacar
Dylan?
“Deal, Alice?” tanya Kak Rana sambil mengulurkan tangannya.
Aku menyambut uluran tangan itu. “Deal.”
Yah, satu lagi keuntungan punya pacar seleb, hihi...