Page 52 - dear-dylan
P. 52
Kenapa dia mematikan HP-nya???
Aku mencoba sekali lagi, tapi ternyata tetap tersambung ke mailbox. Berarti Dylan memang
benar mematikan HP-nya, satu hal yang jarang banget dia lakukan.
Perasaanku jadi makin nggak enak. Apa ada sesuatu lagi yang udah terjadi tanpa setahuku?
Mungkin Yopie si artis karbitan kepingin lebih banyak dapat sorotan media lagi, dan
memutuskan untuk sok-sok ngadu ke polisi?
Omigod! Jangan sampai dia melakukan itu... Dylan nggak boleh berurusan dengan hukum...
Dia nggak salah apa-apa...
Aku haurs menelepon Dylan. Harus!
Tapi kalau HP-nya mati...? Oh iya! Telepon rumahnya saja! Telepon rumahnya!
Aku mencari-cari nomor telepon rumah Dylan di phonebook, dan memencet tombol OK.
Seumur-umur, baru kali ini aku telepon ke rumah Dylan. Biasanya aku selalu langsung
menghubungi HP-nya.
Oh ya ampun, nggak ada yang mengangkat JUGA? Ke mana sih semua orang???
“Halo?”
“Thanks God, Mbak Vita!” Aku langsung lega mendengar suara yang kukenal baik itu
menjawab panggilan teleponku.
“Eh? Alice? Ini Alice?”
“Iya, Mbak, ini aku! Dylan ada? HP-nya dimatiin... aku nggak bisa telepon dia...”
“Oh, dia...” Mbak Vita terdengar gelisah. Apa dia menyembunyikan sesuatu?
“Mbak, ada apa? Nggak ada... nggak ada sesuatu yang buruk terjadi, kan?”
“Mmm... Dylan lagi nggak di rumah, Lice.”
Aneh sekali, Mbak Vita nggak menjawab pertanyaanku. Tapi lebih penting untuk tahu di
mana Dylan sekarang.
“Dia ke mana?”
“Tadi dia dapat telepon dari kantor manajemen, terus buru-buru pergi...”
Kantor manajemen???
“Aduuhh... Mbak, tolong jujur sama aku dong... Nggak ada masalah yang lebih gawat lagi,
kan?”
“Gue nggak tahu, Lice. Tadi Dylan nggak bilang apa-apa, dia langsung pergi gitu aja habis
terima telepon.”
“Tapi ekspresinya... apa dia kelihatan baru dapat bad news?”
“Mmm... kayaknya sih...”
Kadar kekhawatiranku naik lagi setingkat. Aku nggak bisa diam saja di rumah dan jadi orang
yang paling ketinggalan berita. Aku harus memastikan Dylan nggak dapat masalah tambahan!
“Mbak, aku mau ke kantor manajemen!”
“Hah?” Mbak Vita terdengar superkaget. “Lo mau ngapain ke sana?”
“Aku harus cari tahu Dylan kenapa, Mbak... Dia belum telepon atau SMS aku sekali pun
sepagian ini... Aku khawatir...”
“Tapi lo kan nggak usah ke kantor manajemen, Lice. Kita nggak tahu apa yang terjadi di
sana, nanti malah...”
“Justru karena nggak tahu itu, aku harus cari tahu...”
Mbak Vita terdiam, mungkin dia setuju dengan usulku.
“Mbak?”
“Lice, gue tetap berpikir kalau lo sebaiknya nggak ke kantor manajemen.”