Page 61 - dear-dylan
P. 61

depan orang.  Sejak  jadian sama  Dylan,  aku belajar menjaga mulutku untuk berhati-hati. Salah
               bicara sedikit saja tentang Dylan atau Skillful, bisa berdampak besar.
                    “Nggak  papa,  gue  yakin  kalaupun  nanti  ada  macam-macam  pemeriksaan,  Dylan  akan
               terbukti nggak bersalah. Kan Yopie yang mulai duluan...”
                    Oscar  nggak  bertanya-tanya  lagi,  padahal  argumenku  sangat  lemah.  Dia  hanya
               menggumamkan sesuatu yang kedengarannya seperti “take care, Lice”, lalu pergi dari depanku.
                    Ya  Tuhan,  aku  benar-benar  berharap  laporan  polisi  ini  juga  cuma  bagian  dari  sandiwara
               sinting itu...

                                                          * * *

               Grace merendengiku ke mana pun seharian ini. Dia yang melotot galak pada semua orang yang
               menatapku diam-diam. Dia yang mengomeli orang-orang yang berbisk-bisik di belakangku. Dia
               yang  membentak  orang-orang  yang  menudingkan  jari  ke  arahku.  Singkatnya,  seharian  ini  dia
               berusaha menjagaku tetap berada pada garis batas kewarasan.
                    “Makasih  ya,  Grace,”  kataku  setelah  kami  aman  di  dalam  mobilnya  saat  pulang  sekolah.
               “Nggak tahu deh gimana kalau nggak ada lo.”
                    “Sama-sama. Gue juga bete kenapa tu orang pada usil semua. Dikiranya enak apa dilihatin
               dan diomongin kayak gitu? Mereka nggak ngerasain aja gimana susahnya jadi lo...”
                    Aku tersenyum kecut. Ya, mereka memang nggak ikut merasakan perasaan kacau-balauku
               karena semua masalah ini. Mereka nggak tahu gimana rasanya punya pacar vokalis band terkenal
               yang lagi kena masalah.
                    Entahlah,  kadang  aku  berharap  Dylan  cuma  cowok  biasa...  yang  kalau  menonjok  orang
               nggak akan masuk infotainment dan ditonton jutaan orang.
                    “Dylan belum hubungin lo?” tanya Grace sambil menstarter mobilnya.
                    Aku menggeleng. “Mungkin dia masih butuh menyusun kata-kata?” tanyaku nggak penting.
               Kegelisahan  sudah  membuatku  jadi  superjayus  dan  dengan  mudah  mengeluarkan  komentar-
               komentar nggak penting seperti tadi.
                    Grace nggak menimpali, dan aku menghela napas dalam-dalam. Mungkin sudah sejuta kali
               aku menghela napas hari ini, dan bolak-balik memutar kejadian MTV Awards di otakku. Itu hari
               Sabtu, yang berarti baru lewat dua hari yang lalu, tapi rasanya sudah lama sekali... Hari Minggu
               yang  kulewatkan  dengan  memandang  hampa  tayangan-tayangan  infotainment  yang  memasang
               wajah  Dylan  di  segmen  “Hot  Gossip”  (beberapa  di  antaranya  bahkan  berhasil  mendapatkan
               rekaman ekspresi shock-ku saat Dylan menonjok Yopie!) juga rasanya sudah lewat seabad... Dan
               percuma  saja  aku  berharap  jeda  satu  hari  setelah  peristiwa  itu  akan  berhasil  membuat  warga
               sekolahku lupa, dan nggak akan membahasnya di hari Senin ini. Yang ada malah mereka semua
               makin menggebu, karena sudah mengendapkan hasrat bergosip itu selama hari Minggu!
                    Aku tiba-tiba merasa letih... dan khawatir... semua ini masih akan terus berlanjut...
                    Ya Tuhan...
                    Tolonglah aku...
                    Tolonglah Dylan...

                                                          * * *
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66