Page 63 - dear-dylan
P. 63

dari infotainment tadi pagi... nggak harus seharian gelisah kepengin tau kabarmu seperti kemarin...
               HP-mu juga nggak aktif...”
                    “Iya, aku salah... Maaf, ya? aku tau kamu pasti khawatir banget mikirin aku, makanya aku
               makin nggak tega cerita ke kamu.”
                    Kami berdua terdiam. Aku masih menangis dengan cengengnya, dan menunduk menatapi
               kaus kakiku yang berwarna pink garis-garis kuning, yang pernah membuatku dihukum jemur di
               lapangan karena memakainya saat upacara bendera hari Senin.
                    Kira-kira dua menit kemudian, Dylan mulai bicara lagi, “Kadang malah aku mikir aku nggak
               pernah bikin kamu senang selama kita pacaran... yang ada aku bikin kamu sedih, marah, stres,
               kecewa...”
                    Aku terdiam, lalu tiba-tiba menjawab, “Memang.”
                    Mata  Dylan  membulat,  sebelum  dia  terkekeh  geli.  Aku  mendongak  dan  dengan  malu
               menyadari mulutku baru saja menyeletukkan sesuatu yang luar biasa konyol. Dan gara-gara itu,
               suasana langsung berubah dalam sekejap! Lima detik yang lalu kami masih ber-mellow-mellow, tapi
               sekarang Dylan malah cengengesan!
                    Semua gara-gara komentar nggak pentingku barusan! Ohh... aku memang cewek yang aneh!
                    “Makanya,” sambung Dylan, berusaha menahan cengirannya yang masih mengembang lebar,
               “kita masih harus sama-sama untuk jangka waktu yang sangaaatttt lama! Sampai aku bisa bikin
               kamu senang, bahagia, ceria, live happily ever after...”
                    Ha, sekarang dia berusaha bikin banyolan!
                    “Kalau dalam dongeng Disney, itu berarti kita masih harus menumpas nenek sihir, ibu tiri
               yang  jahat, makhluk-makhluk  kegelapan,  dan sejuta penghalang  lainnya,” celetukku lagi, mulai
               tertular Dylan yang mengoceh. Isakanku, tentu saja, sudah terhenti.
                    “Tenang aja,” Dylan menepuk dadanya, “pacarmu ini kan juara dunia tinju, baru meng-TKO
               satu makhluk kegelapan dua hari yang lalu! Nenek sihir mah keciiiiilll!”
                    Aku terbahak, nggak percaya tadi baru saja menangis. Pernahkan aku bilang pacaran sama
               dylan bisa membuat mood dan suasana hati berubah dalam hitungan detik?
                    Kamu baru saja melihat satu contoh kasusnya.

                                                          * * *

               Hari  Sabtu,  aku  bangun  jam  dua  belas  siang  dan bermalas-malasan  di  tempat  tidur,  memutar
               kembali semua kejadian belakangan ini.
                    Sisa hari sepanjang minggu ini kulewati dengan lebih baik dibanding awal minggu kemarin.
               Dylan  dan  Yopie  muncul  sekali  di  infotainment  hari  Kamis  lalu,  menyatakan  mereka  sudah
               berdamai, dan Yopie sudah mencabut laporannya di polisi. Mereka berjabat tangan dan cengar-
               cengir di depan kamera, untuk menunjukkan mereka memang benar-benar sudah berdamai. Tapi
               aku  bisa  melihat  dengan  jelas,  senyum  Dylan  adalah  senyum  terpaksa,  dan  dia  setengah  mati
               menahan diri untuk nggak melayangkan tinjunya ke muka Yopie yang hanya berjarak dua puluh
               senti dari wajahnya.
                    Komentarku  hanya  satu:  aku  senaaaangggg  banget  karena  pelipis  kiri  Yopie  masih
               menunjukkan lebam ungu bekas ditonjok Dylan! Hah, tau rasa, semoga bekas itu nggak hilang
               selamanya!
                    Dan masih ada juga permohonan maaf Dylan yang dimuat tiga hari berturut-turut di koran,
               bikin aku merasa mual setiap membacanya. Pak Leo yang pemilik recording label itu beneran waras
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68