Page 71 - dear-dylan
P. 71
HIPS benar-benar dijejali manusia. Dari depan panggung sampai di dekat pintu keluar sana,
gue sama sekali nggak bisa melihat tempat yang lowong. Para waiter saja terpaksa harus
desak-desakan untuk mengantarkan pesanan ke meja-meja.
Ah, show pertama setelah masalah dengan Yopie si artis karbitan itu kemarin. Gue jadi
kepingin tahu gimana tanggapan orang-orang. Apa mereka masih interest sama Skillful
setelah reputasi gue jeblok?
“Selamat malam, semuanya!”
Gue setengah berlari ke atas panggung, dan semua penonton langsung bertepuk tangan
dengan riuh.
Nah, ternyata pemberitaan buruk tentang gue sepanjang minggu kemarin nggak
mempengaruhi audiens di sini. Atau mereka nggak nonton infotainment? Haha... nggak tau
deh. Yang penting sekarang gue bisa memberikan performa yang bagus, itung-itung kredit
poin untuk menaikkan image gue lagi.
Rey mulai unjuk gigi dengan gitarnya, dan gue mengambil mike gue dari stand mike.
Opening-nya lagu favorit gue nih, Masa Itu.
* * *
“Hai, Dylan!”
Gue menurunkan handuk yang gue pakai untuk mengelap keringat dari wajah, dan
melihat beberapa anak milis sudah di depan gue dengan wajah sumringah.
“Hai, Cynthia... Ardelia... Xiu Mei... Elsa... Winda,” kata gue sambil menyalami mereka
satu per satu. Mereka termasuk deretan fans Skillful yang paling setia, nyaris selalu datang di
show-show kami di Jakarta. Kadang mereka juga berhasil ngobrol sama gue setelah show,
saat gue masih menunggu mobil manajemen disiapkan atau gue masih istirahat sebentar di
backstage. Tapi gue nggak keberatan, karena mereka nggak pernah minta yang aneh-aneh.
Mereka pada baik semua, malah.
“Alice nggak ikut, ya?” tanya Cynthia.
Gue mengangguk. “Alice minggu depan midtest, harus belajar.”
“Iya sih, dia cerita ke gue kemarin... Oh iya, boleh foto bareng, kan?”
Sekali lagi gue mengangguk, dan satu per satu mereka berdiri di sebelah gue untuk
berfoto.
“Oh ya, Dylan, sori nih gue mau nanya masalah ini, tapi...” Ardelia kelihatan ragu, tapi
dia sudah setengah bicara, dan gue bisa menebak arah pembicaraannya.
“Nggak papa, lo mau nanya soal... masalah gue yang kemarin, kan? Yang sama Yopie
itu?”
Ardelia mengangguk ragu. “Gue kaget banget waktu pertama lihat di TV...”
“Jangankan elo, gue sendiri aja kaget ngeliat diri gue di TV,” gue berkelakar. Winda dan
Elsa nyengir, tapi Cynthia, Ardelia, dan Xiu Mei berubah kikuk. “Yah, kalian semua kan tau,
gue cuma manusia biasa yang bisa marah... dan Yopie itu gangguin Alice, masa gue nggak
marah?”
“Iya, Lan, menurut gue memang sudah seharusnya lo marah,” kata Elsa sambil manggut-
manggut. “Gue nggak suka lihat tampang si Yopie itu waktu di TV, gayanya aja so banget!”