Page 72 - dear-dylan
P. 72

Wow, sepertinya Elsa berbakat jadi psikolog, dia bisa tahu sifat Yopie seperti apa tanpa
               perlu bertemu langsung, hanya melihatnya di TV.
                    “Iya, makasih ya, kalian masih percaya sama gue.”
                    Setelah itu mereka nanya-nanya beberapa hal lagi, sebelum akhirnya pamit karena sudah
               malam. Bang Budy juga sudah ribut saja menyuruh gue beres-beres karena kami mau makan
               bareng dulu sebelum pulang, jadi gue membereskan semua barang gue, dan masuk ke mobil.

                                                          * * *

               “Iya nih, jadi Sascha kaget  gitu waktu  dibilangin mau jadi kakak.  Dia  nanya, „Nanti adik
               Sascha emang datangnya dari mana?‟ Hahahaha... gue sama Lia sampai nggak bisa jawab!”
                    Ernest,  kibordis  Skillful,  mematikan  rokoknya  di  asbak  sambil  tertawa.  Dudy,  rey,
               Dovan, Bang Budy, dan kru-kru Skillful juga tertawa. Cuam gue yang mesam-mesem sambil
               mengaduk spageti di piring. Kami memang lagi nongkrong bareng di Uno, kafe Italia yang
               buka sampai pagi, setelah capek manggung tadi. Sebenarnya kami jarang “foya-foya” dengan
               nongkrong di kafe begini, tapi Bang Budy bilang sekali-sekali nggak papa, dan kali inid ia
               yang bayarin. Lagi banyak duit ternyata.
                    Seperti  biasa,  kami  ngobrol-ngobrol,  makan,  dan  ngerokok  (tapi  gue  nggak  ikutan
               ngerokok, karena terakhir kali gue merokok itu, suara gue langsung parau! Tobat deh, tobat!).
               Terus tiba-tiba aja Ernest cerita tentang istrinya yang sekarang hamil anak kedua mereka.
                    Hmm... kok akhir-akhir ini semua orang yang gue kenal pada memulai babak baru ya di
               hidup  mereka?  Tora  mau  nikah  sama  Mbak  Vita...  Ernest  bentar  lagi  anaknya  dua...  Tyo,
               salah satu kru Skillful, mau nikah juga... Cuma gue aja yang masih nyantai. Susah memang
               kalau jadi personel band yang single sendirian. Di saat Ernest dan yang lainnya membahas
               anak-anak mereka yang masuk TK, bisa jalan, dan bisa mengucapkan kata-kata baru seperti
               “papa” dan “mama”, gue cuma bisa mesam-mesem nggak jelas. Ya iyalah, gue mau ngebahas
               apa, coba?
                    “Halo, Dylan.”
                    Gue menoleh mendengar ada yang memanggil. Apa Cynthia cs tadi mengikuti gue dari
               HIPS ke Uno, ya?
                    Oh, ternyata bukan mereka. Yang memanggil gue barusan adalah Regina.
                    Yeah, Regina Helmy.
                    Hell, dia tambah cantik aja.
                    “Lagi nongkrong bareng?” tanya Regina sambil menebarkan senyumnya pada yang lain.
               Asep,  kru  Skillful  yang  duduk  paling  dekat  posisi  Regina,  sampai  terlongong  bengong
               melihat cewek itu. Padahal kan ini bukan pertama kalinya Asep ketemu Regina. Dia dulu kan
               juga kut bantu-bantu waktu pembuatan video klip Skillful yang modelnya Regina.
                    “Gitu deh,” gue menjawab sekenanya. “Lo sama siapa di sini?”
                    “Sama  temen-temen  gue,  lagi  nongkrong  juga.”  Dia  mengedikkan  kepalanya  ke  meja
               seberang, dan gue melihat beberapa orang di sana melambai, yang gue balas dengan lambaian
               juga.
                    “Anastasia  nggak  ikut?”  Gue  menanyakan  adik  Regina,  yang  adalah  presenter  Pacar
               Selebriti, acara yang “mendekatkan” gue dan Alice.
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77