Page 49 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 49

Pembinaan Postulan
                                         11.  MAKNA SAKRAMEN GEREJA (II)


        1.  PENGANTAR
            Pada pertemuan yang membahas “makna Sakramen Gereja” kita telah mengupas sekilas tentang Sakramen,
            dari  sudut  Kitab  Suci  baik  Perjanjian  Lama  maupun  Perjanjian  Baru.  Yang  secara  historis  sakramen
            (mysterion) adalah sebagai “penampakan Kristus”, semasa Ia masih di panggung sejarah Yesus sendiri adalah
            sakramen itu, selanjutnya dalam dinamika penyelamatan-Nya, Ia bangkit dari kubur dan mengumpulkan para
            jemaat  dan  menciptakan  “tubuh-Nya”  yang  baru,  yakni  para  anggota  Gereja.  Jadi  Gereja  merupakan
            kepanjangan tangan dari Yesus sendiri sebagaimana sabda-Nya:

            “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga
            dan di bumi,
            Karena itu pergilah,
            jadikan semua bangsa murid-Ku,
            dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
            dan ajarlah mereka melaksanakan segala sesuatu
            yang telah Kuperintahkan kepadamu.

            Dan ketahuilah,
            Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.
            (Mat. 28:18-20)

            Sementara Fransiskus sendiri melihat Gereja sebagai suatu anugerah yang nampak dari Allah, di mana Yesus
            berkenan bersemayam di situ.
            Tuhan memberi aku anugerah dalam gereja-gereja,
            kepercayaan yang sedemikian besar,
            sehingga aku bisa berdoa secara sederhana dengan kata-kata ini

            “Kami menyembah Engkau, Tuhan Yesus Kristus,
            di semua gereja-Mu yang ada di seluruh dunia,
            dan kami memuji Engkau,
            sebab Engkau telah menebus dunia
            dengan salib-Mu yang suci.”
            (Was 4)

        2.  SAKRAMEN
            Sebagaimana diuraikan pada pertemuan sebelumnya, kita mengenal 7 (tujuh) sakramen. Mengapa harus 7
            sakramen? Penegasan ada 7 sakramen sebenarnya dicetuskan dari Konsili Lyon (1274) dan selanjutnya dalam
            Konsili Florence, dan dipertegas kembali dalam Konsili Trente yang berbunyi:
            If anyone says that sacraments of the New Law were not all intituted by Jesus Christ our Lord; or that there
            are more or fewer thatn seven, that is babtism, confirmation, the eucharist, penance, extreme unction, Order
            and matrimony; or that any one of these is not truly and properly a sacrament anathena sit.

            Sebenarnya Perjanjian Baru tidak memberikan penegasan secara eksplisit mengenai 7 Sakramen, sehingga
            pengertian 7 (tujuh) jangan dimengerti sebagai pengertian aritmetik, tetapi sebagai simbol, maka arti 7 adalah:
            Dalam semua upacara yang oleh jemaat dianggap sakramen, sakramentalitas jemaat (Gereja) direalisir
            secara penuh, jadi tidak masalah ada yang mengakui 2 atau 7 bahkan 9.

            Jenis-jenis Sakramen, secara singkat dijelaskan sbb:
               Sakramen Permandian/Babtis – lahir dari Allah
               Sakramen ini termasuk sakramen inisiasi, karena sebagai “pintu” masuk ke dalam jemaat Allah. Untuk
               memasuki  suatu  bangunan  kita  harus  melewati  pintu,  untuk  menjadi  umat  Allah  kita  harus  melalui
               pembabtisan. Tanpa pembabtisan kita tidak mungkin bergabung.

               Konstitusi Dogmatis tentang Gereja.

                                                             69
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54