Page 142 - Badan POM Tindak Tegas Sarana Produksi Tahu Berformalin di Parung
P. 142
Judul : BPOM Bongkar Dua Pabrik Tahu Berformalin di Parung, Omzetnya Capai
Rp5 Miliar per Tahun
Nama Media : indopolitika.com
Tanggal : 6/11/2022
Halaman/URL : https://indopolitika.com/bpom-bongkar-dua-pabrik-tahu-berformalin-di-
parung-omzetnya-capai-rp5-miliar-per-tahun/
Tipe Media : Media Online
Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) bersama Kepolisian menggerebek
dua pabrik tahu yang menggunakan formalin
di Desa Waru dan Desa Waru Kaum,
Kecamatan Parung.
Kepala BPOM Penny K Lukito
mengungkapkan, di dalam dua pabrik tahu
yang memiliki kapasitas produksi 120 juta
tahu per bulan itu, BPOM menemukan 38
kilogram formalin jenis serbuk dan 60
kilogram formalin jenis cair.
“Penggunaan bahan berbahaya di jalur
pangan, formalin ini temuan yang cukup
besar,” ujar Kepala BPOM RI Penny K
Lukito.
Sekitar 1.500 tahu berhasil diamankan, tahu-tahu tersebut siap didistribusikan ke tiga pasar di
berbagai daerah. Yaitu, Pasar Ciputat, Pasar Parung, dan Pasar Jembatan Dua Jakarta. Total omzet
dari kedua pabrik itu bisa mencapai Rp5 miliar per tahun, dengan kapasitas produksi lebih dari 2,5
ton.
Sebagai sanksi awal, kedua pabrik tersebut ditutup sehingga tidak aktivitas produksi tahu. Kedua
pemiliknya yang berinisial S (35) dan N (45) segera ditetapkan sebagai tersangka. Berdasarkan
Undang-undang pangan, sanksinya lima tahun penjara atau denda Rp10 miliar, karena menggunakan
bahan berbahaya untuk pangan.
Ia mengaku kecewa masih menemukan sejumlah pabrik tahu yang menggunakan formalin saat
intensif melakukan pengawasan tempat pengolahan pangan di 10 provinsi sejak awal tahun 2022.
Sebab, sejak tahun 2016, pemerintah melarang formalin untuk masuk ke jalur pengolahan pangan.
Maka, pemanfaatan formalin hanya untuk non-pangan seperti produksi kayu dan pengawetan jenazah.
Padahal, sejak dilarangnya penggunaan formalin untuk bahan pangan, pemerintah memberikan
pemahit untuk setiap bahan formalin berbentuk cair. Jika digunakan untuk bahan pangan, maka akan
terasa pahit dan memberikan kesan sebagai makanan tidak layak konsumsi.
Namun, dua pabrik tersebut menggunakan bahan formalin berbentuk serbuk yang belum dicampur
dengan pemahit.

