Page 28 - INTENSIFIKASI RAMADHAN 2019
P. 28

https://news.okezone.com/read/2019/05/20/337/205794  intensifikasi tahap III tahun 2018, sampel yang
               2/bpom-temukan-170-119-produk-pangan-rusak-      tidak  memenuhi  syarat  sebesar  5,34  persen,"
               kedaluwarsa-dan-ilegal
                                                                tuturnya.
               BPOM Temukan 170.119 Produk Pangan               (han)
               Rusak, Kedaluwarsa, dan Ilegal

               JAKARTA –  Badan  Pengawas  Obat  dan  Makan
               (BPOM)  menemukan  170.119  kemasan  produk
               pangan  rusak,  kedaluwarsa,  dan  ilegal.  Hal  itu
               sebagaimana diungkapkan Kepala BPOM Penny
               K Lukito.

               Ia mengatakan, penemuan tersebut berdasarkan
               hasil pengawasan produk pangan secara intensif
               yang dilakukan Badan POM menjelang hari raya
               Idul Fitri 1440 Hijriah.

               "Dari hasil pemeriksan ditemukan 1.834 sarana
               ritel dan distribusi pangan yang terdiri dari 1.553
               sarana ritel dan 281 gudang distributor. Dengan
               nilai  ekonomis  mencapai  Rp3,4  miliar.  Ada  47
               persen  tidak  memenuhi  ketentuan.  Ditemukan
               adanya produk yang rusak, pangan kedaluwarsa,
               dan tanpa izin edar," kata Penny ketika berada di
               Kantor BPOM RI, Jalan Percetakan Negara, Senen,
               Jakarta Pusat, Senin (20/5/2019).

               Ia  melanjutkan,  untuk  kategori  kedaluwarsa,
               BPOM    mencatat   beberapa   produk   yang
               melakukan pelanggaran, seperti minuman kental
               manis, makanan ringan, biskuit ikan kaleng, teh,
               hingga sereal.

               "Sementara untuk temuan pangan ilegal banyak
               ditemukan  di  Kendari,  Tangerang,  Makassar,
               Baubau,  dan  Banjarmasin  dengan  jenis  produk
               garam,  makanan  ringan,  cokeIat,  air  minum
               dalam   kemasan   (AMDK),   dan   minuman
               berperisa," paparnya.

               Penny  mengungkapkan,  berdasarkan  temuan
               tahun sebelumnya, nilai ekonomisnya dari Rp2,2
               miliar  pada  2018  menjadi  Rp3,4  miliar  pada
               2019, dengan jumlah sarana ritel dan distribusi
               pangan lebih banyak dari sebelumnya.
               "Apabila dibandingkan dengan data intensifikasi
               pangan pada 2018, tahun ini terjadi penurunan
               persentase  produk  takjil  yang  TMS  (tidak
               memenuhi syarat). Pada pelaksanaan
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33