Page 167 - Gadis_Rempah
P. 167
embuka lembar pertama di Februari yang hangat, menyukai biskuit buatan ibunya itu. Bahkan,
Naning duduk di balkon lantai tiga rumahnya gadis itu seketika menetapkan biskuit itu
Msambil menghirup uap tipis yang keluar dari sebagai camilan yang wajib hadir di setiap
secangkir wedang pokak yang dibuatnya. Sedikit demi meja di kafenya.
sedikit Naning menikmati wedangnya. Rasa manisnya
“Ibu ... Ibu di sini rupanya. Hmm ... Arumi
hampir tak terasa. Naning sengaja memberi sebutir kecil
cari-cari ke mana-mana.”
gula batu dan kayu manis saja.
Naning tersenyum melihat Arumi tampak
Naning sengaja menghindari gula. Di usianya yang
lelah mengatur napasnya. Lantai tiga rumah
mendekati setengah abad, gula adalah salah satu yang
ini memang tidak luas, tapi menaiki belasan
harus dihindari. Naning berjanji pada dirinya sendiri
anak tangga berputar bagi Arumi yang tidak
untuk lebih berhati-hati dan peduli pada tubuhnya. Naning
biasa naik turun tangga jelas melelahkan.
ingin tetap sehat hingga tutup usia agar bisa membersamai
putrinya mengukir prestasinya, meniti kariernya, hingga Di lantai ini hanya terdapat satu ruang
membangun rumah tangganya kelak. tanpa sekat dengan pantry dan toilet kecil di
salah satu sisinya. Tempat paling menarik di
Ini hari pertama Naning menikmati paginya dengan
lantai ini adalah sebuah balkon yang luasnya
teramat santai. Semuanya memang terasa aneh. Hampir
hampir separuh luas ruang ini. Di sanalah
saja Naning lupa ketika dini hari tadi ia terbangun seperti
Naning suka duduk melamun.
biasanya. Naning masih mengira ini hari biasanya ia harus
bangun jauh sebelum subuh untuk bersiap ke pasar. “Ayo Bu, cepat turun! Paman Yanuar dan
Bibi Ranti sudah di kafe setengah jam yang
Hmm ... manusia memang aneh. Saat lelah, ia ingin
lalu. Kita harus datang lebih dulu daripada
segera melepaskan semua pekerjaan dan rutinitasnya.
karyawan dan tamu-tamu,” ajak Arumi yang
Namun, saat duduk santai, ia merindukan kesibukannya,
sudah rapi dengan setelan rok dan tunik cokelat
Naning tersenyum menggunjing dirinya sendiri.
muda. Sungguh cantik anakku, batin Naning.
Naning mencomot sebutir biskuit rempah di toples.
“Baik, baik. Ibu turun sekarang,” jawab
Sebuah gigitan pertama yang begitu dinikmatinya. Naning
Naning dengan wajah cerah penuh bahagia.
tidak mengira, dia masih hafal di luar kepala saat membuat
“Apa ini?!” ucap Naning saat tak sengaja
biskuit ini kemarin sore. Perpaduan jahe, pala, cengkih,
kakinya menginjak sesuatu.
dan kayu manis terasa pas sekali. Ternyata, Arumi juga
159 Bab 12 — Dari rempah turun ke hati Gadis Rempah 160