Page 168 - Gadis_Rempah
P. 168

embuka lembar pertama di Februari yang hangat,   menyukai biskuit buatan ibunya itu. Bahkan,
 Naning duduk di balkon lantai tiga rumahnya  gadis itu seketika menetapkan biskuit itu
 Msambil menghirup uap tipis yang keluar dari  sebagai camilan yang wajib hadir di setiap
 secangkir wedang pokak yang dibuatnya. Sedikit demi  meja di kafenya.
 sedikit Naning menikmati wedangnya. Rasa manisnya
                              “Ibu ... Ibu di sini rupanya. Hmm ... Arumi
 hampir tak terasa. Naning sengaja memberi sebutir kecil
                          cari-cari ke mana-mana.”
 gula batu dan kayu manis saja.
                              Naning tersenyum melihat Arumi tampak
 Naning sengaja menghindari gula. Di usianya yang
                          lelah mengatur napasnya. Lantai tiga rumah
 mendekati setengah abad, gula adalah salah satu yang
                          ini memang tidak luas, tapi menaiki belasan
 harus dihindari. Naning berjanji pada dirinya sendiri
                          anak tangga berputar bagi Arumi yang tidak
 untuk lebih berhati-hati dan peduli pada tubuhnya. Naning
                          biasa naik turun tangga jelas melelahkan.
 ingin tetap sehat hingga tutup usia agar bisa membersamai
 putrinya mengukir prestasinya,  meniti kariernya, hingga  Di lantai ini hanya terdapat satu ruang
 membangun rumah tangganya kelak.  tanpa sekat dengan pantry  dan toilet kecil di
                          salah satu sisinya. Tempat paling menarik di
 Ini hari pertama Naning menikmati paginya dengan
                          lantai ini adalah sebuah balkon yang luasnya
 teramat santai. Semuanya memang terasa aneh. Hampir
                          hampir separuh luas ruang ini. Di sanalah
 saja Naning lupa ketika dini hari tadi ia terbangun seperti
                          Naning suka duduk melamun.
 biasanya. Naning masih mengira ini hari biasanya ia harus
 bangun jauh sebelum subuh untuk bersiap ke pasar.  “Ayo Bu, cepat turun! Paman Yanuar dan
                          Bibi Ranti sudah di kafe setengah jam yang
 Hmm ... manusia memang aneh. Saat lelah, ia ingin
                          lalu. Kita harus datang lebih dulu daripada
 segera melepaskan semua pekerjaan dan rutinitasnya.
                          karyawan dan tamu-tamu,” ajak Arumi yang
 Namun, saat duduk santai, ia merindukan kesibukannya,
                          sudah rapi dengan setelan rok dan tunik cokelat
 Naning tersenyum menggunjing dirinya sendiri.
                          muda. Sungguh cantik anakku, batin Naning.
 Naning mencomot sebutir biskuit rempah di toples.
                              “Baik, baik. Ibu turun sekarang,” jawab
 Sebuah gigitan pertama yang begitu dinikmatinya. Naning
                          Naning dengan wajah cerah penuh bahagia.
 tidak mengira, dia masih hafal di luar kepala saat membuat
                          “Apa ini?!” ucap Naning saat tak sengaja
 biskuit ini kemarin sore. Perpaduan jahe, pala, cengkih,
                          kakinya menginjak sesuatu.
 dan kayu manis terasa pas sekali. Ternyata, Arumi juga



 159  Bab 12 — Dari rempah turun ke hati         Gadis Rempah  160
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173