Page 34 - Gadis_Rempah
P. 34

dirapikan. Ibuku juga selalu membuatkan minuman kunyit   Arumi memandang sekilas jam tua peninggalan
 asam saat aku menstruasi. Nyeri di perutku benar-benar  kakeknya yang tergantung di dinding. Jam tua berbandul
 berkurang  lho  setelah minum itu,” tutur Arumi sambil  panjang warna hitam itu menunjukkan waktu hampir
 menghirup tehnya.  pukul sembilan malam. Arumi memandang ibunya yang
 “Nah, itu dia! Setiap ibu selalu punya cara unik untuk   tengah tidur pulas di sofa ruang tamu.
 membuat anaknya bahagia, Arumi. Cobalah mengambil hati   Ibunya tampak sangat lelah. Lebih dari seharian ibunya
 ibumu. Cobalah mencintai rempah seperti ibumu mencintai   berdagang rempah setiap harinya. Dini hari sebelum subuh
 rempah. Cobalah meracik wedang rempah sesuai dengan  berangkat dan menjelang maghrib baru kembali ke rumah.
 resep dari ibumu. Niatkan dengan sungguh-sungguh agar
                   Arumi sangat berharap hari ini dapat mengajak ibunya
 dia bahagia. Bisa jadi, secangkir wedang yang kau buat tulus
               berbicara tentang rencananya memilih kuliah di jurusan
 dari hatimu akan benar-benar mengalir hangat di hatinya.
               desain produk yang sangat diidamkannya. Namun, lagi-lagi
 Bagaimana?” tanya Dinda meyakinkan.
               semua kata yang sudah disusun rapi di kepalanya hanya
 Dinda menatap hangat kedua mata Arumi yang kembali
               bergantung di ujung bibir tanpa sempat terucap. Arumi nyaris
 mulai berkaca-kaca. Banyak harapan baik yang terpendam
               tak punya kesempatan berbicara panjang lebar dengan ibunya
 terpancar di sana.
               meski mereka hanya tinggal berdua di rumah. Meskipun
 “Dinda ... sejak kapan kamu jadi orang bijak begini?”
               tinggal di atap yang sama, mereka nyaris tak pernah bertutur
 Arumi menggoyang-goyangkan tangan kiri Dinda.
               sapa layaknya ibu dan anak pada umumnya.
 Dinda tertawa sesaat setelah menikmati sesendok es
                   Dulu, Arumi pernah bertanya ke ibunya mengapa
 krim. Hatinya puas melihat tawa kecil kini menghiasi wajah
               tidak menyerahkan saja tokonya untuk dikelola karyawan-
 ayu sahabatnya.
               karyawannya sehingga Ibunya bisa punya lebih banyak
 “Hahaha ... namanya juga usaha. Usaha membuat
               waktu untuknya di rumah. Mengapa juga ibunya tidak
 sahabatku bahagia. Iya, ‘kan! Arumi?”
               menyuruh Pak Wisnu, sopir keluarga untuk mengantarnya
 “Haha ... kamu selalu saja bisa membuatku tertawa,
               setiap hari ke pasar? Ibunya biasanya hanya memanggilnya
 Din. Ehm ... baiklah. Aku coba ya,” tegas Arumi. Kedua
               untuk mengantar  berkunjung ke rumah Yanuar, paman
 matanya kini berangsur cerah.
               Arumi. Sementara setiap hari ke pasar, ibunya lebih suka
 “Siplah. Doaku untukmu selalu Arumi,” harap Dinda
               naik becak Wak Parjan.
 sambil menggenggam erat kedua tangan Arumi.
 Terima kasih banget ya, Din,” ucap Arumi lirih.  “Hanya  orang  yang  sungguh-sungguh  mencintai
               rempah yang bisa memperlakukan rempah dengan baik.
               Semua karyawan Ibu hanya bekerja dengan rempah,
               mereka   belum  sungguh-sungguh  mencintai  rempah.


 25  Bab 2 — Ibu, aku ingin bicara ...           Gadis Rempah  26
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39