Page 36 - Gadis_Rempah
P. 36

Sementara mobil? Ah, tidak. Ibu merasa lebih nyaman  melipatnya rapi, kemudian kita masukkan di kotak kado,”
 duduk di becak sambil menyusuri Sungai Kalimas dengan   perintah Handoko yang langsung diiyakan Arumi dengan
 menikmati udara terbuka dan langit Surabaya. Ada banyak   anggukan kepala.
 kisah rempah di sana,” kenang Ibunya.  “Arumi ingin menambahkan parfum mawar nanti di
 Arumi hanya bisa menelan begitu saja kata-kata itu  rumah ya, Ayah?” usul Arumi.
 tanpa bisa menanggapinya.  Arumi hanya mengerti bahwa   “Tidak. Jangan!” cegah Handoko buru-buru.
 kata-kata itu adalah alasan kenapa ibunya harus berangkat
                   “Ibumu tidak suka. Letakkan saja tiga butir kapur
 dini hari dan pulang petang hari. Arumi hanya mengerti
               barus yang warnanya kamu suka. Ibumu pernah bilang,
 bahwa kata-kata itu adalah alasan kenapa ibunya hanya
               kapur barus adalah rempah terbaik untuk mengharumkan
 menyisakan lelah di rumah dan nyaris tidak punya waktu
               pakaian,” jelas Handoko.
 untuk menemaninya belajar apalagi menggambar, hal yang
                   “Baik, Ayah,” dengan sigap Arumi menuruti perintah ayahnya.
 sangat diminatinya.
 Jika sudah begitu, tidak mungkin Arumi tidak rindu
 pada sosok ayahnya, Handoko. Ayahnyalah yang dengan
 senang hati menemaninya belajar. Hanya ayahnya yang
 dengan  senang  hati  mengajarkannya  menggambar.  Mengingat  kenangan  bersama  ayahnya  selalu
 Ayahnyalah pula yang suka mengajaknya jalan-jalan ke  mengalirkan air mata Arumi hingga dirinya terkejut dengan
 kampung buku di Jalan Semarang atau ke Tugu Pahlawan.   bunyi lonceng jam tua peninggalan kakeknya dan menyadari
 Di Kampung Buku Jalan Semarang itulah Arumi  beberapa   jarum jam terus berputar. Saat ini, nyaris pukul sepuluh
 kali dibelikan ayahnya buku-buku dan majalah-majalah  malam. Arumi melihat ibunya masih tertidur pulas di sofa.
 desain. Di Tugu Pahlawan itulah Arumi kecil pernah diajak   “Ibu, aku ingin bicara ...,” kata Arumi lirih sambil
 ayahnya foto di bawah patung Soekarno Hatta lalu membeli   duduk di samping ibunya. Pipinya terasa hangat tiba-tiba.
 sweater berwarna hijau untuk ibunya.   Tak terasa ada butiran bening yang mengalir di sana.
 “Arumi, lihat ini. Ayah ingin membelikan sweater
                   Segera Arumi menyadari betapa lelah ibunya. Arumi
 buat ibu. Pasti ibumu suka, ‘kan?” ujar Handoko dengan
               pun tidak ingin membangunkannya. Lagi-lagi kesempatan
 senyum khasnya.
               bicara itu kandas begitu saja meskipun dadanya sudah
 Arumi memegang sweater  rajut di tangan ayahnya.
               begitu sesak ingin berbicara pada ibunya. Namun, niat
 Sweater berwarna hijau itu terasa lembut dan hangat.
               itu diurungkannya kembali. Sekarang ada yang harus
 “Sudah lama ibumu bilang ingin punya sweater untuk
               dipersiapkan Arumi sebelum dirinya sendiri terbawa
 dipakai ke pasar. Ayah baru sempat membelikannya.
               mimpi. Ia harus meracik wedang untuk diminum ibunya
 Sekarang mari kita bayar dan minta pegawai toko untuk
               saat bangun nanti.
 27  Bab 2 — Ibu, aku ingin bicara ...           Gadis Rempah  28
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41