Page 36 - Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat ( PDFDrive )
P. 36
21
agamanya tcrmasuk p�rlindungan tcrhadap pusat keagamaan dengan
ancaman hukuman mati. bagi siapa � ang mengganggunya.
Menurut Pumaka Caruban Nag.ari sekitar tahun 1470 Masehi
penduduk kota pelabuhan 8anten telah ada yang memeluk agama Is
lam. Pacla tahun 1513. pelabuhan Kalapa telah didatangi oleh
saudagar-sauclagar Islam. Kola pclabuhan ini dikuasai oleh tentara
Islam pimpinan Faletehan pacla tahun 1527. lnclramayu (Cimanuk)
mulai dimasuki sauclagar-saudagar Islam sejak sebelum tahun 1513.
Cirebon yang sejak tahun 1479 di ba\\ ah pimpinan SyarifHidayatullah
clengan gelar Susuhunan Jati melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan
Suncla. pacla tahun 1513 masyarakatn.:-a suclah merneluk agama Islam.
Penyebaran agama Islam ke daerah pedalaman Banten dilakukan
oleh Pangeran Hasanudin ketika memegang kekuasaan sebagai Bupati
Banten ( 1526--1552) clan sebagai Sultan Batlten ( 1552-1570).
Maulana Yusuf putera Pangeran Hasanudin yang menggantikan
kedudukannya melanjutkan usaha ayahnya itu.
Setelah runtuhnya kerajaan Sunda (Pajajaran) pada tahun 1579.
tak ada lagi kekuasaan di Jawa Barat yang pengaruhi kekuasaannya
mel iputi wi !ayah tersebut. Jaw a Barat kemud ian terbagi menjad i em pat
bagian yang masing-masing berdiri sendiri. yakni Cirebon. Banten.
Priangan dan kemudian Betawi (Batavia).
Pada awal abad ke-17, Jawa Barat menjadi daerah pergulatan antar
kekuasaan (Banten, Batavia. Cirebon dan Mataram) untuk
memperebutkan daerah bekas Pajajaran. Di antara keempat kekuasaan
tersebut, Batavia yang sejak tahun 1619 dikuasai oleh Belanda (VOC)
memiliki kedudukan yang panting karcna berada di tengah-tengah
an tara Banten. C ire bon dan Mataram.
Pada 1628 timbul serangan Sultan Agung (Mataram) terhadap
Batavia. Pada 13 April 1628 sejumlah 14 buah perahu dengan penuh
bcras sampai di Jakarta. dipimpin oleh Kyai Rangga. Kemudian pada
22 Agustus 1628 atas nama Tumenggung Bahureksa. muncul armada
Mataram dengan tidak kurang dari 50 gorab dan perahu-pcrahu di