Page 245 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 245
kami sesuatu yang mengagumkan sebagaimana yang kau lihat
di dalam perjalananmu?" Dia mengatakan, "5aya bertemu Nabi
I(hidir a.s. Dia bertanya kepadaku tentang pergaulan dengan
orang lain. Saya takut ketawakalankuakan menjadi rusak dengan
ketenanganku. Oleh karena itu, saya berpisah dengannya."
Dalam cerita yang lain disebutkan, Sahl bin Abdullah pernah
ditanya tentang tawakal. Dia menjawab, "llati yang hidup dan
selalu bersama Allah Swt. tanpa ketergantungan."
Saya telah mendengar Ustaz Abu Ali Ad-Daqaq mengata-
kan, "Penyerahan diri kepada Allah Swt. mempunyai tiga tingkat,
yaitu tawakal, taslim, dan tafwidh. Orang yang tazaaknl adalah o-
rant yang merAsa tenang dengan janji Altah Swt. Orang yang
taslimadalah orant yant merasa cukup dengan ilmu-Nya. Sedang
orant yartgtafwidh adalah orant yang rela dengan hukum-Nya.
Oleh karena itu, tawakal adalah permulaan, taslim adalah perte-
ngahan, dantafwidh adalah akhir." UstazAbu Ali Ad-Daqaq juga
pemah ditanya tentang tawakal. Da menjawab, "Makan tanpa
loba."
Yahya bin Mu'adz mengatakan, "Pakaian bulu domba ibarat
kedai, pembicaraan tentang zuhud ibarat perusahaan (pekerjaan),
kedatangan kafilah ibarat sesuatu yant nampak. Semua saling
beqgantungan." Dalam satu cerita, seorang laki-laki datang kepa-
da Syibli. Dia mengeluh karena terlalu banyak keluarga. Syibli
mengatakary "Pulanglah ke rumahmu. Barangsiapa yang rezeki-
nya tidak diserahkan kepada Allah Swt., maka singkirkanlah dia
darirnu." Sahl bin Abdullah mengatakan, "Barangsiapa mencela
gerakan ibadah, maka dia mencela sunnah. Barangsiapa mencela
tawakal, maka dia mencela iman."
Ibrahim Al-Khawwash mengatakan, "Suatu hari saya berada
di jalan Mekkah. Saya melihat orang yang kasar.
'Apakah engkau jin atau manusia?' tanya saya.
'Saya adalah jin.'
'Engkau hendak ke mana?'
'Saya hendak ke Mekkah.'
'Apakah engkau tidak membawa bekal?'
'Ya. Saya bepergian bersama orant yang tawakal.'
hL. P..Lat. fur.914 2?,1
"ta1aa*