Page 142 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 142

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 140

               rasional  tentang  Allah  adalah  meyakini  bahwa  Dia  Maha  Ada
               yang tidak menyerupai segala sesuatu yang ada -dari makhluk-
               Nya-. Inilah keyakinan yang benar .
                                                 166

                  Masih dalam pernyataan Imam Ahmad ar-Rifa’i, beliau juga
           berkata:  “Dia  Allah  tidak  ada  sekutu  bagi-Nya.  Dzat-Nya  bukan
           benda  yang  memiliki  arah,  atau  yang  terbagi-bagi.  Dia  tidak
           menempel dan tidak menyatu dengan suatu apapun…”            167 .
                  Imam  al-Ghazali  dalam  pembukaan  Minhâj  al-’Âbidîn
           mengatakan  bahwa  seorang  yang  hendak  memasuki  gerbang
           tasawuf,  kewajiban  pertama  yang  harus  ia  lakukan  adalah
           mempelajari  ilmu  tauhid,  sesuai  yang  di  ajarkan  Rasulullah  dan
           para  sahabatnya,  yaitu  tauhid  Ahlussunnah  Wal  Jama’ah.
           Kewajiban  mempelajari  ilmu  tauhid  tersebut  paling  tidak  agar
           mengetahui  sifat-sifat  yang  wajib  bagi  Allah,  yang  mustahil  atas-
           Nya  dan  yang  jâ’iz  bagi-Nya.  Kemudian  mengetahui  bahwa  Allah
           Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Hidup, Maha Berkehendak,
           Maha  Mendengar,  Maha  Melihat,  Maha  berbicara  (bukan  dengan
           huruf-huruf, bukan dengan suara, dan bukan dengan bahasa). Allah
           tidak  Maha  Suci  dari  tanda-tanda  kebaharuan,  Dia  tidak  disifati
           dengan sifat-sifat makhluk, Dia tidak menyerupai suatu apapun dan
           tidak  ada  suatu  apapun  yang  menyerupai-Nya,  dan  Dia  tidak
           diliputi oleh tempat dan arah.
                  Juga  berkeyakinan  bahwa  kelak  orang-orang  mukmin  di
           surga akan melihat Dzat Allah; tanpa arah, tanpa tempat, dan tanpa
           disifati  bahwa  Dzat-Nya  di  dalam  surga    atau  di  luar  surga.  Dan
           bahwa  kalam  Allah  (al-Kalâm  adz-Dzâti  al-Azali)  bukan  makluk,

                 166  Ibid, h. 85
                 167  Ibid, h. 91
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147