Page 160 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 160

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 158

           tidak apresiatif, setidaknya ia akan dinilai tidak sekuat seorang yang
           memiliki sanad keilmuan    180 . Fase perjalanan ilmiah yang pertama ini
           adalah fase penerimaan ilmu, atau dalam istilah ilmu hadits disebut
           fase  al-tahammul.  Adalah  fase  yang  akan  memberikan  banyak
           pengaruh dalam orientasi pemikiran seseorang di masa mendatang.
           Kecuali  seorang  yang  telah  mencapai  derajat  mujtahid  mutlak,
           seseorang  akan  memiliki  kecenderungan  yang  sangat  kuat  dalam
           orientasi berfikirnya sesuai perjalanan tahammul-nya. Misalkan, bila
           seseorang  konsentrasi  tahammul-nya  dalam  bidang  fikih  di  dalam
           madzhab Syafi’i maka hampir dipastikan dia akan menjadi pengikut
           madzhab Syafi’i, dan demikian seterusnya.
                  Kedua, perjalanan ilmiah dalam rangka menyampaikan ilmu-
           ilmu yang telah dipelajari dan diterimanya. Fase menyampaikan ini
           dalam istilah ilmu hadits disebut dengan al-adâ’. Dengan demikian
           kita  mendapati  perputaran  keilmuan  dalam  Islam  antara  murid
           dengan  guru  adalah  dalam  posisi  sama-sama  mencari.  Karena  ini
           pula dalam istilah kaum sufi dikenal sebutan al-murîd dan al-murâd.
           al-Murîd  adalah  seorang  yang  dengan  kesadaran  dan  keinginan
           penuhnya  datang  dan  duduk  untuk  menerima  pesan-pesan
           kebaikan dari mursyid-nya. Sementara al-murâd adalah seorang yang
           memiliki  keistimewaan  tersendiri  dan  memiliki  kesiapan  penuh




                 180   Di  antara  pernyataan  para  ulama  tentang  pentingnya  sanad  adalah
           perkataan  yang  sangat  mashur  dari  salah  seorang  tabi’in  bernama  Muhammad
           Ibn  Sirin  (w  444  H):  “Sesungguhnya  sanad  adalah  bagian  dari  agama,  maka
           perhatikanlah  dari  siapakah  kalian  mengambil  agamamu”.  Lihat  Muslim  ibn
           Hajjaj  al-Qusyairi,  Shahîh  Muslim,  j.  4,  h.  44.  Seorang  tabi’in  agung  lainnya;
           Abdullah  ibn  al-Mubarak  berkata:  “Sanad  adalah  bagian  dari  agama,  kalaulah
           bukan  karena  sanad  maka  setiap  orang  akan  berkata  -dalam  masalah  agama-
           apapun yang ia inginkan”.
   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165