Page 228 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 228
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 226
pengertian al-Kalâm adz-Dzâtiy atau dalam pengertian al-Lafzh al-
Munazzal, sebab al-Qur’an memiliki dua pemaknaan ini.
Topik sentral dari Ilmu Kalam adalah pembahasan tentang
keyakinan dengan mengambil dalil (Istidlâl) dari segala makhluk (al-
Makhlûq) dalam menetapkan adanya al-Khâliq (Pencipta). Di
dalamnya terdapat penjelasan bahwa Dzat Allah dan seluruh Sifat-
sifat-Nya adalah sempurna, dan tidak menyerupai suatu apapun
dari makhluk. Istidlâl ini tentunya di dasarkan kepada teks-teks
syari’ah, baik al-Qur’an mapun hadits-hadits nabi, yang dipahami
dan dikuatkan dengan argumen-argumen akal sehat. Artinya,
bahwa landasan Ilmu Kalam ini didasarkan kepada ketentuan-
ketentuan serta kaedah-kaedah ajaran Islam, tidak didasarkan
kepada kebebasan akal semata, seperti faham kaum filsafat.
Bila kaum filsafat menjadikan akal sebagai dasar pokok
dalam istidlâl mereka tanpa melihat kepada apa yang dibawa oleh
para nabi, maka ulama tauhid menjadikan akal sebagai saksi bagi
kebenaran syari’at yang telah dibawa oleh para nabi tersebut.
Dengan demikian para ulama tauhid tidak menjadikan akal sebagai
landasan pokok dalam menetapkan kebenaran ajaran-ajaran agama,
tetapi menjadikannya sebagai saksi bagi kebenaran ajaran-ajaran
agama tersebut. Hanya saja yang menjadi catatan penting di sini
ialah bahwa apa yang dibawa oleh para nabi atau teks-teks syari’ah
tidak akan pernah bertentangan dengan akal yang sehat.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tidak semua
Ilmu Kalam adalah sesuatu yang tercela. Dalam pada ini Ilmu
Kalam terbagi kepada dua; Ilmu kalam yang baik dan benar serta
terpuji (‘Ilm al-Kalâm al-Mamdûh) dan Ilmu Kalam yang tidak benar
dan terscela (‘Ilm al-Kalâm al-Madzmûm). Bagian pertama adalah
Ilmu Kalam yang dipelajari dan diyakini oleh kalangan